[portalpiyungan.co] Tahun 2016 akan segera berlalu tanpa ada satupun yang bisa menghentikannya. Hanya tersisa 9 hari lagi, 2016 akan berlalu meninggalkan kita semua. Sayangnya, segala masalah bangsa yang cukup berat mendera Indonesia sepanjang tahun 2016 tidaklah berlalu, namun semua konflik, kemelut dan hingar bingar serta kegaduhan ekonomi politik akan dilimpahkan ke tahun 2017 menjadi beban tambahan ditahun yang sesungguhnya akan lebih berat bagi perjalanan bangsa Indonesia.
Penghujung tahun 2016 khususnya triwulan terakhir menjadi puncak kesulitan bangsa yang hingga kini tidak ditangani secara cermat, tepat dan solutif. Penanganan masalah-masalah yang mengancam bangsa masih dilakukan dibawah standar penanganan masalah yang sepatutnya. Adakah kesengajaan pembiaran masalah itu terjadi karena adanya kepentingan politik tertutup demi kepentingan kekuasaan? Publik hanya bisa menduga-duga dan cenderung semakin gelisah dengan jawaban yang terbungkus didalam hati.
Politik dan Ekonomi Sebagai Sumber Kegelisahan
2 faktor utama kegelisahan dan kerisauan publik adalah kemelut dalam politik yang semakin memanas serta Melambatnya Ekonomi bangsa yang tidak jua membaik. Jakarta sebagai ibukota negara dan menjadi minuatur Indonesia adalah tolok ukur kondisi Indonesia secara keseluruhan. Politik Jakarta yang semakin memanas karena adanya pertempuran ideologi dalam pilkada DKI Jakarta antara paham kapitalisme yang mengancam kedaulatan Indonesia melawan ideologi kebangsaan yang ditopang kaum Pribumi atau Bumi Putera Indonesia.
Tidak dapat dipungkiri bahwa Pilkada Jakarta akan sangat menentukan perjalanan bangsa kedepan. Apakah Indonesia masih untuk orang Indonesia atau Indonesia akan kehilangan identitas diri dan hanya menjadi sebuah negara tanpa identitas asli Indonesia. Hal inilah yang muncul sebagai bentuk perlawanan kaum ideologis kebangsaan, karena adanya kooptasi dan imperialisme baru politik dan ekonomi dari segelintir orang dalam sebuah kelompok ekonomi yang menguasai lebih dari setengah perputaran perekonomian bangsa. Ancaman serius kemudian muncul bersamaan dalam politik dan ekonomi. Penguasaan politik sedang dirancang oleh kelompok ekonomi kapitalis yang secara kebetulan adalah warga negara Indonesia keturanan. Serbuan tenaga kerja yang berasal dari Cina adalah fakta lain imperialisme baru secara ekonomi.
Pemerintah Bangsa ini akhirnya membuka lapangan kerja untuk orang asing dan bukan untuk warga negara Indonesia yang tingkat penganggurannya masih sangat tinggi. Adakah secara kebetulan dominasi politik dan ekonomi itu terjadi begitu saja, atau merupakan bagian dari sebuah strategi besar tak terungkap? Menurut saya, Indonesia sedang terancam dijajah secara ekonomi politik oleh bangsa asing terutama bangsa Cina.
Selamatkan Indonesia, Rebut Jakarta Kemudian Rebut Indonesia
Kegelisahan dan kerisauan akan masa depan bangsa tentu tidak bisa kita biarkan sebagaimana rezim berkuasa terkesan membiarkan ancaman itu terus berlangsung dan tanpa penyelesaian. Indonesia harus diselamatkan. Menyelamatkan tentu dengan cara-cara konstitusional dan tidak melanggar hukum. Jakarta yang menjadi tolok ukur bangsa harus direbut dari tangan orang asing. Ini menjadi langkah strategis pertama yang harus dimenangkan oleh kaum ideologis kebangsaan. Tanpa merebut Jakarta, maka menjadi sebuah keniscayaan tahun 2019 kita akan kehilangan identitas asli Indonesia dan kehilangan identitas sebagai Indonesia asli.
Barangkali kita masih bisa berharap kepada Tentara Nasional Indonesia (TNI) sebagai benteng akhir bangsa untuk memimpin langkah strategis penyelamatan Indonesia. Perlu langkah-langkah konkret demi tegaknya Indonesia yang sejati sebagaimana cita-cita luhur para pendiri bangsa. Secara pribadi saya sangat kuatir, gelisah dan risau, jika suatu saat atas nama hak dan demokrasi kemudian TNI dan POLRI dipenuhi oleh orang-orang berkewarga negaraan Indonesia dari kelompok yang berstatus warga negara keturunan, sementara nasionalisme mereka sangat diragukan.
Hadirnya Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang berlatar belakang tentara sebagai prajurit TNI dalam Pilkada DKI Jakarta harus disyukuri dan dimaknai sebagai pintu masuk penyelamatan Indonesia. Tuhan sedang membuka jalan menyelamatkan Indonesia dari ancaman yang nyata-nyata terjadi saat ini. Sebagai anak bangsa yang asli Indonesia dan Indonesia asli, AHY yang tentu menjadikan Sapta Marga yang didalamnya setia kepada Pancasila dan UUD 45 akan menjadi modal dasar menyelamatkan Indonesia.
Semoga kerisauan dan keresahan yang sedang terjadi segera teratasi dengan diawali merebut Jakarta.
Jakarta, 22 Desember 2016
Penulis: Ferdinand Hutahaean
Eks Relawan Jokowi