"ILLI FAUQ ARIFIN" (Sebuah Renungan Untuk Pemimpin)


"ILLI FAUQ ARIFIN"

Oleh: Ust. Komiruddin Imron, Lc
(Ketua Dewan Syariah Wilayah PKS Lampung)

"Semua ada yang urus... Kita enggak usah berdebat..... Biarkan berjalan secara alami.... Nanti waktu yang menyelesaikan"

Kata kata indah tapi sangat politis. Biasa digunakan untuk urusan yang rumit menjawabnya. Atau untuk menghindarkan dan menyelamatkan diri dari perdebatan panjang.

Orang Mesir biasa mengatakan "Illi fauq arifin/yang diatas pasti lebih faham" untuk mengungkapkan suatu sikap yang tidak mereka pahami dari atasan.

Apa sikap seperti ini betul? Jawabannya bisa betul dan bisa juga salah. Tergantung sejauh mana pemahaman kita terhadap masalah itu.

Bagi mereka yang memahamami masalah dan tahu detail detailnya, perkataan itu tidak cukup mengobati kegelisahannya.

Pertanyaan demi pertanyaan akan selalu menggelayut di kepalanya.

Seorang mantan menejer suatu perusahaan tentu sangat tahu seluk beluk perusahaannya, apalagi dari awal ia membidani lahirnya perusahaan itu.

Ketika menejer baru membuat kebijakan yang berbeda dan cenderung membuat perusahaan tidak produktip, stagnan dan kalah bersaing, sangat wajar mantan menejer mengingatkan.

Wajar seandainya dia gelisah, apalagi perusahaan tersebut dibangun bersama dengan susah payah.

Beda dengan pegawai biasa. Baginya yang penting kerja. Tidak perduli apa yang terjadi di atas.

Mereka akan berkata. "Toh mereka semua sudah dewasa. Kita percaya saja, mustahil mereka ini akan membangkrutkan perusahaan ini".

Ini juga tidak bisa disalahkan. Sebab boleh jadi doktrin yang selama ini ditanamakan adalah percaya dan pemimpin selalu benar.

Atau seperti anekdot "pasal pimpinan".
Pasal1: Pemimpin selalu benar.
Pasal 2: Jika pemimpin salah kembali ke pasal 1.

Sehingga bila terjadi konflik di jajaran elit perusahaan, mereka akan berdiam diri dan menyerahkan seluruh urusan kepada yang diatas.

Tapi pertanyaannya, apakah konflik di jajaran pemimpin di atas tidak berpengaruh kepada pegawai di bawah.

Apakah hal itu tidak mempengaruhi etos kerja, trust, semangat dan lain sebagainya?

Apakah para pegawai tidak boleh cawe cawe, menyampaikan kritik dan memberikan masukan?

Itulah yang menjadi bahan renungan....

Natar, 17/12/2016


Baca juga :