Di saat Umat Bersatu, "Partai Dakwah" Terus Berseteru


[portalpiyungan.co] Keputusan Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan, Rabu (14/12/2016), yang mengabulkan gugatan Fahri Hamzah dan menyatakan pemecatannya oleh DPP PKS tidak sah, ternyata bukannya membuat 'Partai Dakwah' itu kembali solid, malah perpecahan itu terus berlanjut.

Hal ini setelah pihak tergugat yang kalah (Pimpinan PKS) mengajukan perlawanan berikutnya dengan mengajukan banding.

"Itu putusan tingkat pertama. Dalam hirarki hukum kita, masih tersedia jalan upaya hukum berikutnya yaitu banding, lalu kasasi, dan PK (peninjauan kembali)," kata Presiden PKS Sohibul Iman melalui pesan singkat, Rabu (14/12/2016), seperti dilansir detikcom.

Sohibul (yang merupakan salah satu pihak tergugat) menyatakan Dewan Pimpinan Tingkat Pusat (DPTP) PKS akan mengajukan banding. Dengan demikian, masih akan ada 'babak' selanjutnya dari Fahri vs Beberapa Pimpinan PKS.

"DPTP PKS sudah memutuskan banding. Insya Allah kita ikhtiar sebaik-baiknya," ujar Sohibul.

Harapan akar rumput PKS untuk terjadinya rekonsiliasi sepertinya masih belum menemukan ujungnya dan akan panjang ceritanya (Banding - Kasasi - Peninjauan Kembali).

Sungguh kondisi yang sangat ironis, di saat Umat sedang bersatu padu (dalam Aksi-aksi Bela Islam), Partai Dakwah yang dulu punya visi menyatukan Umat bahkan menjadi ustadziyatul 'alam malah kondisinya terbalik....

Benar apa yang disampaikan ustadz Nandang Burhanudin, hanya kepada Allah kita adukan....

"Damai yang Lenyap"
(By: Nandang Burhanudin)

Di saat umat bersatu padu. 
Kini kau terus berseteru. 
Di saat umat gebu dalam syahdu. 
Kini kau memilih layu.

Kau ajarkan 1 juz tilawah. 
Kini kau nampak terengah-engah. 
Kau ajarkan istiqomah. 
Kini kau nampak lelah.

Wahai embun, surya datang menyapa. 
Mengapa kau malah mengering sirna. 
Wahai matahari, malam datang bercanda. 
Mengapa kau memilih gulita.

Apakah itu takdir bergilir. 
Dulu mujahid, kini terkilir. 
Dulu pejuang, kini terparkir. 
Duh fajar, segera buka tabir.

Tabir apa yang akan terungkap. 
Di kala jiwa-jiwa meronta tak siap. 
Akan suasana yang terus berasap. 
Damai..damai..seakan lenyap.

Pagi datang, tapi makin bimbang. 
Kala sayap burung itu patah tak seimbang. 
Tertatih...tersungkur tak bisa terbang. 
Bulu-bulu pudar makin tak terbilang.

Ilahi...pintu langit yang kini kuketuk. 
Saat tabir palsu tak terbendung masuk. 
Gaduh memang...tapi hiruk pikuk. 
Turunkan KuasaMu, agar kami tak busuk.

~Tranjakarta, 19:15~


Baca juga :