212 UMAT ISLAM INDONESIA TUNJUKKAN KELASNYA PADA DUNIA (KH. Anang Mashadi)


UMAT ISLAM INDONESIA TUNJUKKAN KELASNYA PADA DUNIA

BismilLaahir-Rahmaanir-Rahiim.

AlhamduliLaah, saya diberi kesempatan Allah SWT untuk menjadi bagian dari sejarah 212 Super Damai. Bagiku, momentum ini adalah sesuatu yang sangat mahal dalam perjalanan hidup.

Saya mengamati sejak awal saat jutaan manusia berduyun-duyun menuju satu titik. Di sepanjang jalan, mereka bertasbih, bertahmid, bertahlik, bertakbir dan mengumandangkan shalawat atas Nabi SAW tiada henti. Menurutku ini adalah gema langit.

وَرَأَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُونَ فِي دِينِ اللَّهِ أَفْوَاجًا

"Dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong" (Qs. An-Nasr [110]: 2)

"Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat." (Qs. [110]: 3) Dan aku pun ikut larut dalam gema-gema langit itu.

Ya Allah, aku bersaksi pastilah semua ini tidak mungkin rekayasa manusia. Melihat ghirah jutaan muslimin yang menyemut menuju Monas, hatiku tergoncang. Ini pasti ada energi maha dahsyat yang mampu menyedot mereka ke sini. Energi Al-Maidah.

Mereka, hematku, layaknya sebuah generasi baru yang Allah janjikan sendiri dalam Al-Maidah: 54. "Maka, kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui."

Sekali lagi, aku bersyukur menjadi bagian dari generasi baru itu. Allahu Akbar.

Setelah mendapatkan shaf di depan balai kota, karena untuk mendekat ke panggung utama rasanya sudah sangat sulit, maka kuikuti tausiyah, dzikir dan ceramah-ceramah yang dibawakan para pemimpin umat dari panggung utama.

Saat Ustadz Arifin Ilham memimpin doa-doa yang sangat menyentuh hati, kulihat jutaan manusia larut bersamanya. Persis seperti suasana wukuf di Arafah. Terima kasih ya Allah, Engkau telah hadirkan suasana khidmat wukuf Arafah di bumi pertiwi ini. Hatiku bergumam: bagaimana bisa manusia sebanyak ini yang niat awalnya datang untuk aksi super damai menuntut keadilan, namun lebih mirip mendatangi sebuah majelis dzikir. Allahu Akbar.

Aa Gym ceramahnya sangat santun dan menyentuh qalbu. "Perbedaan itulah yang melahirkan kekuatan" kata Aa. Dan yang luar biasa, ceramah Aa sangat nasionalis dan kental sekali semangat kebhinekaannya. Ceramah Aa Gym itu bagaikan oase di tengah padang pasir.

Kristen bukan musuh, Katolik bukan musuh, Hindu bukan musuh, Budha bukan musuh, Konghucu juga bukan musuh. Seperti halnya umat Islam tidak memusuhi cina, atau etnis lain. "Musuh kita adalah orang yang ingin memecah belah kesatuan bangsa ini".

Khutbah Jumat Habib Rizieq Syihab juga luar biasa. Meskipun gayanya dipandang sebagian orang adalah keras, tapi substansi khutbahnya sungguh menggugah rasa kebangsaan dan patriotisme. Habib menyoroti aspek penegakan hukum yang berkeadilan. Dan hukum yang berkeadilan itulah yang dapat menjaga kelangsungan NKRI ke depan. Sama sekali tidak terdengar dalam khutbahnya yang juga didengarkan Presiden, Wakil Presiden dan para menteri statemennya yang anti Pancasila, anti Bhineka, atau bahkan anti UUD. Malah, Habib mengajak kaum muslimin untuk menegaskan loyalitasnya pada NKRI.

Tentu saja, pidato Kapolri yang perlu kita apresiasi pula. Kalau tidak salah dengar, Kapolri menegaskan bahwa Mr. A saat ditangani KPK dua kali tidak jadi tersangka, tetapi begitu ditangani Polri langsung jadi tersangka. Meskipun ini menimbulkan tanda tanya, tetapi saya tetap apresiasi. Biasanya yang ditangani KPK adalah dalam tindak pidana korupsi?

Sambutan singkat Presiden di akhir cukup menentramkan. Presiden mengapresiasi umat yang mampu berlaku tertib dan santun. Presiden pasti menyadari betapa sulitnya menertibkan jutaan manusia yang berkumpul dalam satu tempat. Dan nyatanya, selain tertib dan santun, Kapolri pun menyatakan bahwa tidak ada satu pohon pun tumbang dalam aksi Super Damai 212. Bahkan, jam 16.00 WIB situasi telah kembali normal dan sampah pun telah bersih.

Jumat 212 Super Damai adalah sejarah besar umat manusia. Lagu Kebangsaan Indonesia Raya dinyanyikan secara bersama oleh 5 juta lebih rakyatnya. Pernahkah terjadi sebelumnya?

Dzikir akbar dan mendengarkan tausiyah diikuti oleh 5 juta umat, pernahkah terjadi sebelumnya? Muktamar Muhammadiyah atau NU, pernahkah diikuti sebanyak ini?

Shalat Jumat diikuti oleh 5 juta lebih umat, pernahkah terjadi sebelumnya? Di Masjidil Haram Makkah saja Jumatan paling banter hanya diikuti oleh 2,5 sampai 3 juta, itupun saat momentum haji akbar atau saat shalat taraweh 10 hari terakhir Ramadhan.

Inilah potret umat Islam Indonesia sesungguhnya. Jangan tutup mata! Lihatlah betapa tertib, santun dan taatnya umat pada komando pemimpinnya. Dan betapa cintanya umat Islam pada masa depan NKRI. Tidak ada provokasi sedikit pun yang menunjukkan pada makar, anti kebhinekaan, atau anti Pancasila. Tidak ada! Inilah kualitas demokrasi dan kematangan umat Islam melihat masa depan negerinya.

Maka, jika ada yang seolah-olah menuduh atau membangun opini bahwa umat yang datang atau mendukung 212 Super Damai adalah kelompok yang anti kebhinekaan atau anti Pancasila menurut saya itu norak. Andaikata 212 diorientasikan untuk itu, aku pastikan diriku dan mungkin jutaan yang lainnya enggan untuk datang.

Suasana kebatinan seperti ini sulit dibayangkan bagi orang yang tidak memahami hakekat iman. Bagiku, dzikir dan shalat Jumat dibawah guyuran hujan sungguh nikmat. Buktinya, saat hujan mulai turun hingga akhir, kulihat tak satupun yang beranjak dari tempatnya. Apa dan siapakah yang menahan mereka? Hal semacam ini tidak mungkin bisa dirasakan oleh orang yang tidak terbiasa dzikir dan Jumatan.

Aku tidak bisa berkomentar lebih. Inipun kupaksa, karena sebetulnya aku sendiri speechless saking banyaknya yang kutemukan dalam 212 Super Damai. Yang jelas, umat Islam Indonesia telah menunjukkan kelasnya pada dunia. Janganlah meremehkannya.

Saat perjalanan pulang ke hotel, aku hanya membatin: jika sudah seperti ini Mr. A belum juga ditahan, maka hanya ada satu kata dariku: "nemen" (kebangetan yang kelewat).

إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ

"Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya." (Qs. Al-Hijr [15]: 9) 

Dalam memelihara Al-Quran, Allah menggunakan kata "Kami" bukan "Aku".

Terima kasih ya Allah, Engkau telau melibatkan kami dalam menjaga kesucian Firman-Mu.

Batang, 4 Desember 2016

KH. Anang Mashadi, MA


Baca juga :