[portalpiyungan.co] "A true American Horror Story", demikian tulis Cheyenne Jackson, seorang aktor, penyanyi sekaligus pencipta lagu pada akun twittternya menanggapi kemenangan Donald John Trump.
Kemenangan Trump ini merupakan bencana bagi aktivis dan pelaku LGBT yang selama ini mendukung lawan politik sekaligus rival Trump di Pemilu Presiden AS, Hillary Clinton.
Komunitas LGBT pun menumpahkan kekecewaan, depresi, rasa tidak percaya dan kecemasan yang amat sangat akan masa depan komunitas tersebut pasca kemenangan Donald Trump, di berbagai media sosial.
Seperti ditulis di awal, Chayenne Jackson, aktor film American Horror Story menggambarkan kemenangan Trump sebagai "A True American Horror Story" alias kisah yang sungguh-sungguh mengerikan bagi Amerika.
Gus Kenworty, seorang atlet ski, menumpahkan kekesalannya dan menyalahkan rakyat America yang memilih Trump seorang yang dianggap rasis sebagai Presiden mereka.
Sementara Deray McKesson menanyakan, bisakah mereka meng-impeach presiden sebelum ia disumpah?
Donald Trump yang memang dikenal sebagai anti LGBT, berkali-kali menegaskan komitmennya untuk menjadikan perkawinan normal antara satu laki-laki dan satu perempuan sebagai pondasi untuk membangun peradaban Amerika di masa depan.
Trump berpidato dalam acara-acara anti LGBT dan teguh mendukung undang-undang anti perkawinan sejenis dan anti transgender.
Trump pun sudah berjanji untuk menandatangi First Ammandement Defense Act jika dikabulkan oleh Kongres.
Amandemen ini diperkenalkan pada tahun 2015 dan akan secara efektif melegalkan diskriminasi anti LGBT bagi seluruh kalangan, termasuk bagi kelompok pengusaha, pelaku bisnis, tuan tanah, dan penyedia layanan kesehatan, sepanjang diskriminasi anti LGBT tersebut didasari keyakinan keagamaan yang kuat.
Amandemen ini sekaligus menggulingkan keputusan Presiden yang ditandatangani Obama tahun 2014 mengenai larangan diskriminasi bagi kaum LGBT.
Jika para pegiat dan komunitas LGBT meratapi kemenangan Donald Trump, sebaliknya aktivis anti LGBT Amerika memuji kampanye anti LGBT Trump sebagai dukungan bagi agenda kebijakan kelompok keagamaan.
Tony Perkins pimpinan Dewan Riset Keluarga Ultraconservative, mengatakan bahwa kampanye anti LGBT yang dilakukan oleh Trump telah memberikan dukungan bagi agenda kebijakan kelompok keagamaan yang menentang keberadaan LGBT.
"Selama ini saya harus bertarung dengan kampanye dari tokoh-tokoh republik terkait isu perkawinan, isu kehidupan dan seksualitas manusia. Hanya Donald Trump sajalah yang mendukung kami," ujar Perkins.
"Awalnya saya tidak sepakat dengan Donald Trump, tapi ketika pilihan hanya tinggal Clinton dan Trump, pilihan menjadi cukup jelas karena Clinton mendesak negara-negara lain untuk mempromosikan LGBT atau mereka akan kehilangan bantuan dari Amerika jika Hillary Clinton berkuasa."