[portalpiyungan.co] Salah seorang alumni Universitas Al Azhar Cairo Mesir bernama Mutawakkil Abu Ramadhan membagikan informasi tentang sosok Syekh Amru Wardani yang dikabarkan akan menjadi saksi dalam kasus penistaan agama yang dilakukan oleh Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
Berikut ini informasi lengkapnya
SAAT MASALAH AHOK (DISERET PEMERINTAH) MENJADI GEOPOLITIK
Sosok ulama Mesir yang pro diktator militer As Sisi yaitu Syekh Amru Wardani (dalam penulisan Mesir ditulis Shekh Amrou El Wardanei) mendadak menjadi perhatian masyarakat Indonesia. Bukan karena dia akan melantik hafidz-hafidz baru di Jakarta, namun menurut beberapa informasi dia akan diundang pemerintah menjadi saksi ahli dalam gelar perkara kasus Ahok.
Jika memang kabar ini benar, kita akan bertanya kepada siapa shekh ini akan berpihak? Tentunya publik yang belum mengerti konstelasi sospol di Timur Tengah akan mengira Shekh Amrou (jika benar benar datang untuk menjadi saksi ahli) maka dia akan melawan Ahok. Mengapa? Simpel saja, dia itu seorang ulama dan datang dari Arab, dua ikon yang selama ini tidak disukai oleh Ahok.
Menurut saya dugaan itu jauh panggang dari apinya, Amrou El Wardanei memang sosok yang katagorikan sebagai ulama. Dia adalah seorang Al Asy’ariyyah, penganut Madzhab Syafi’ie dan seorang Tasawuf. Menjadi dosen dalam fiqh Syafi’ie, bahkan saya ingat dia pernah menjadi dosen fiqh Syafi’ie saat saya duduk di tingkat 4 sekitar awal 2000-an.
Dalam perjalanan karirnya di Al Azhar, dia kini menjabat sebagai salah satu anggota Daarul Iftaa (Rumah Fatwa) Mesir. Perjalanan karirnya sangat dibantu dengan kedekatan dan kecintaan dia kepada mantan mufti yang kontroversial Shekh Ali Jum’ah. Ali Jum’ah secara terang terangan menyerukan penumpahan darah terhadap demonstran damai yang menolak kudeta militer tahun 2013 yang lalu.
Sebagai murid terdekat dari Ali Jum’ah, Amrou Wardanei berperan sebagai salah satu pilar legimitasi keagamaan terhadap junta militer As Sisi. Dari berbagai rentetan pembunuhan dan penangkapan politik, Amrou Wardanei selalu mendukung dan memasang badan membela diktator As Sisi.
Ada dua kejadian menarik yang ditunjukkan Amrou Wardanie sebagai cerminan pandangan dan sikap dia :
A. Dalam sebuah halaqah fiqh Syafiie, Amrou Wardanei pernah mengusir secara kasar kepada salah satu murid yang menyatakan bahwa Islam adalah ajaran yang universal dan holistik mencakup budaya,ekonomi,politik dan sosial. Amrou Wardanei didepan umum mencaci murid itu dengan kata kata kasat “safsathah” yang artinya gerombolan makar/bar-bar.
B. Amrou Wardanie memuji pidato As Sisi pada sebuah perayaan maulid Nabi pada bulan Januari 2015. Dalam forum itu As Sisi menuntut ajaran Islam mesti direaktualisasi karena banyak yang usang. Sebuah wacana hegemonik kaum liberal yang disuarakan secara seragam dan universal disetiap negara muslim yang ada kaum liberalnya.
Amrou Wardanei sesungguhnya alumni S 3 Darul Ulum, Univ. Cairo dan bukan Al Azhar, hal ini mirip dengan gurunya Ali Jum’ah yang alumni Sorboune Perancis. Hal politis yang bisa memasukkan mereka ke lembaga Al Azhar. Dia sering merendahkan ulama ulama besar Al Azhar seperti ulama besar Al Azhar dalam bidang hadist shekh Usamah Abd Aziem, padahal dia sama sama bermadzhab Syafi’ie dengan shekh Usamah.
Dalam banyak forum Amrou Wardanei sangat reaktif terhadap wacana negara civil society/negara madani, kembalinya khilafah dan siyasah syariyyah/politik Islam. Negara madani adalah lawan dari diktatorisme dan sosialisme, adapun siyasah syariyyah adalah disiplin ilmu politik dalam Islam dalam segala kondisi: perang, damai, mayoritas, minoritas, makmur, krisis dsb. Dia meyakini konsep non partai dalam kekuasaan.
Dari sini kita bisa menilai bahwa pemerintah Jokowi masih mau mempertahankan Ahok dengan melibatkan “faktor asing” untuk memenangkan misi mereka. Hal ini bagai menjilat air ludah sendiri karena selama ini Jokowi selalu menggaungkan ke Indonesiaan.
Jokowi juga dinilai meremehkan kedudukan MUI karena tidak mau mendengar suara dari mereka, sekali lagi jika memang shekh mesir itu didatangkan untuk menjadi saksi ahli.
Secara geopolitik, diktator militer Mesir memiliki kebiasaan buruk dalam menginterevensi masalah negara lain :
1. Di Libya, As Sisi menciptakan pemerintah boneka Hefter untuk merebut kekuasaan revolusi rakyat. As Sisi bahkan mengirim pesawat tempur yang dibiayai Dubai untuk mendukung misi itu.
2. As Sisi mendukung kelompok Houtsi yang Syiah di Yaman dalam merebut kekuasaan dari pemerintah yang sah.
3. As Sisi menjadikan Mesir sebagaia basis operasi dalam mengkudeta presiden Erdogan yang gagal.
4. As Sisi berkoalisi dengan pemerintah Iraq yang syiah dalam mendukung politik Iran di Timur Tengah.
Shekh Amrou Wardanei adalah pendukung utama As sisi yang datang ke Indonesia untuk menjadi saksi ahli Ahok (jika jadi) adalah pesan jelas bahwa Jokowi sudah mulai menggalang dukungan internesional (geopolitik) dalam memenangkan kasus penistaan Islam oleh Ahok.
Penulis: Mutawakkil Abu Ramadhan (Alumni Universitas Al-Azhar Cairo Mesir)
Editor: Portal Piyungan