Membaca Kemenangan Trump Di Pemilu AS

(Donald Trump resmi terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat dengan keunggulan suara sebesar 288)

[portalpiyungan.co] Kemenangan Donald John Trump tidak saja mengejutkan publik Amerika tetapi juga dunia. Awalnya Trump mungkin diniatkan oleh Partai Republik sekedar maskot buat lucu-lucuan. Anggap saja meme nyata untuk menarik lebih banyak pemirsa mengikuti konvensi presiden Partai Republik. Konvensi itu mulai tidak lucu ketika Trump dengan sarkasme nya membabat satu persatu kandidat yang lebih berpengalaman dari partai Republik. Tidak ada kandidat yang kalah tanpa dipermalukan oleh Trump.

Partai Demokrat bersorak. Setidaknya mereka tidak perlu khawatir berlebihan. Kandidat Demokrat sebenarnya tidak bagus-bagus amat. Di ujung konvensi mereka dihadapkan pada dua pilihan : Bernie Sanders yang kekiri-kirian dan Hillary Clinton yang sarat dengan masalah yayasan. Hillary akhirnya memenangkan konvensi tersebut. Dia jadi calon presiden perempuan pertama Amerika dari dua partai utama. Pengalaman jadi ibu negara, senator mewakili negara bagian New York dan menteri luar negeri Amerika lebih dari cukup untuk menghancurkan si mulut besar Trump.

Musim pembantaian Trump pun dimulai. Skor nol untuk pengalaman Trump di pemerintahan. Skor negatif untuk pidato-pidato Trump yang bernada kebencian. Sebutan anti Islam, anti imigran, anti latino dan segudang xenophobia lain disematkan pada Donald Trump. Kekagumannya pada Putin berikut dugaan keterlibatan hacker Rusia membobol komputer partai Demokrat juga jadi catatan merah untuk Trump. Masih kurang? kehidupan pribadinya pun disorot. Mulai dari kebangkrutan bisnis, ijin kerja Melanie Trump saat masih jadi warga asing di Amerika hingga terakhir obrolan sauna Trump tentang perempuan. Media ramai-ramai mengubur Trump. Tidak hanya di Amerika tetapi nyaris seluruh dunia.

Beberapa minggu sebelum Pemilu Amerika prediksi bermunculan, Hillary akan mengalahkan Trump dengan margin yang sangat besar. Obrolan sauna dan pengakuan beberapa perempuan yang mengaku mendapat pelecahan dari Trump sepertinya menutup perjalanan mengejutkan lelaki bermuka mesum ini. Tiba-tiba saja  skandal email Hillary Clinton kembali menguak. Sebenarnya kasus penggunaan server surel pribadi untuk berkirim pesan saat Hillary menjabat sebagai menteri luar negeri sudah ditutup oleh FBI Juli 2016. James Corney, Direktur FBI yang sebelumnya dituding melindungi Hillary, mengumumkan untuk membuka lagi skandal email pribadi tersebut.

Angin mulai berhembus kencang. Partai Demokrat mulai kesulitan menebak arahnya. Rakyat Amerika yang menghuni pedalaman mulai menggugat kuasa kelas menengah di pesisir timur dan barat. Kelas menengah ini tipikalnya sama di seluruh dunia, cerewet di sosial media dengan mengagungkan kebenaran kelompok atas nama demokrasi. Trump akhirnya menang dan akan menjadi Presiden Amerika ke-45 menggantikan Barrack Obama. Demokrasi menunjukkan bahwa kepimpinan politik tidak dibangun dari tata nilai satu pihak.

Jauh-jauh hari Bung Hatta, yang tentu saja jauh lebih besar daripada Trump atau Hillary, sudah mengingatkan. Kurang cerdas dapat diperbaiki dengan belajar, kurang cakap dapat dihilangkan dengan pengalaman, namun tidak jujur itu sulit diperbaiki. Inilah yang terjadi dalam pemilu sekarang ini.

Di mata publik, Trump jelas terlihat tidak cerdas apalagi cakap, tetapi publik yakin itu semua bisa diperbaiki. Bukankah Presiden Trump nantinya tidak sendiri menggawangi Amerika? masih ada kabinet, senat dan kongres untuk menambal itu semua. Tetapi tidak jujur sebagaimana ditunjukkan oleh Hillary yang pernah jadi ibu negara, senator dan menteri luar negeri sangat sulit untuk dimaafkan. Kesalahan paling fatal Partai Demokrat Amerika adalah mereka luput membaca buku “Demokrasi Kita” karangan Bung Hatta.

Rasanya ada dua hal yang bisa kita pelajari dari kegaduhan yang baru saja berakhir di Amerika ini. Pertama keberpihakan media berlehihan, yang tentu sah-sah saja, cenderung akan membuat publik muak. Sebab saat ini mereka bukan lagi satu-satunya sumber informasi publik. Dan kedua, hukum yang tumpul ke atas sementara waktu mungkin bisa membendung kebenaran. Tetapi kehendak rakyat (dan mungkin juga politik) nantinya akan menunjukkan kenyataan berbeda. Bagi Partai Demokrat Amerika, ongkosnya sangat mahal. (ito)

Sumber: http://ranah.id/membaca-kemenangan-trump-di-pemilu-amerika-lewat-kacamata-bung-hatta/


Baca juga :