KEMANA PANGLIMA DAKWAH?
By Abu Slamet Wijoyo
Alhamdullah, setelah menyiapkan badan selama dua hari, akhirnya saya bisa ikut aksi ummat bela Al-Quran tanggal 4 november. Benar-benar jumat berkah. Meski usia sudah kepala 5, Allah masih beri saya kekuatan ikut aksi dari subuh berjamaah di masjid Istiqlal sampai subuh berjamaah di depan gedung DPR. (Allahu Akbar!)
Sepanjang 24 jam penuh jiwa saya bergejolak dengan ruhul-jihad. Bersama dengan para habaib, ulama, warga kaum muslimin dan para santri genderang jihad seperti memudakan kembali fisik saya yang mulai rapuh. Tak ada letih, takut atau bahkan rasa lapar dan haus. Allah benar-benar menurunkan rasa sakinah dan berkah. Allahu Akbar!!
Saya sadar betul, kehadiran jutaan ummat ini untuk membela Allah dan Rasul-Nya, membela Al-Quran dan Sunnah, sekaligus jihad politik menolak pemimpin kuffar yang merendahkan Islam. Saya merasakan betul kehadiran shaf ummat Islam yang menggentarkan musuh-musuhnya. Sampai Jokowi yang sehari sebelumnya sesumbar di media akan tetap berkantor di istana, ditunggu sampai malam tak kunjung kelihatan batang-hidungnya. Para tokoh ummat: Habib Riziq, Ust. Bachtiar Nasir, dan banyak yang lainnya tegas menyatakan tidak akan mundur sampai bertemu dengan presiden.
Sepanjang acara yang diikuti jutaan ummat, para tokoh itu lantang menyuarakan suara ummat, tegas memberikan arahan, dan tetap hadir di garis depan shaf ummat. Saya jadi terhenyak dan bergumam: inilah kekuatan dakwah Islam. Inilah kekuatan jihad Islam. Inilah kekuatan politik Islam.
Seusai sholat maghrib di depan istana, saya sempat menangis haru bercampur sedih. Tak mampu menahan air mata mengalir. Haru melihat ummat yang begitu gegap dan bersemangat. Haru melihat tokoh ummat yang lantang dan berani. Tapi saya sangat sedih ketika tidak melihat satupun panji dakwah yang saya bersamai selama ini ada di tengah shaf ummat. Sedih ketika tidak menatap satupun qiyadah jamaah yang selalu harus saya taati.
Hati saya berontak. Inikah yang dimaksud menjadikan dakwah sebagai panglima?? Lalu dimana panglima dakwah saya?? Sebelum saya berangkat menuju istiqlal, ada taklimat berisi begitu banyak aturan main untuk orang seperti saya. Tapi saya justru merasa ragam aturan itu seperti membatasi kobaran ekspresi saya membela Al-Quran dan menghinakan Ahok. Orang-orang berkemeja putih di sekeliling saya malah lebih bergairah, lebih berani, lebih militan. Padahal taklimat hanya mereka dapatkan via social media. Mereka sibuk jadikan hp dan socmed-nya untuk merekam semua aksi agar bisa menjadi saksi. Sementara hp saya harus saya matikan karena isi taklimat yang melarang komunikasi via social-media.
Melawan Ahok yang menghina Al-Quran juga jihad politik. Jadi ini pun benar-benar aksi politik. Apa karena ini urusan politik lalu Panglima Dakwah saya tidak muncul?? Saya diinstruksikan untuk memenangkan pasangan Anies-Sandi. Tapi saya juga tak melihat pasangan itu bersuara lantang dan jelas mengecam Ahok si mulut sialan itu. Jangankan mengecam, menyebut nama Ahok saja tidak berani. Saya benar-benar sedih dan malu.
Kesedihan saya makin menjadi. Mengikuti kabar ada seorang jamaah yang renta syahid karena tembakan gas air mata. Habib Riziq sigap hadir takziyah. Kemana Panglima Dakwah saya??
Tapi ada sedikit hal yang menghibur dan membanggakan saya. Tatkala dari kejauhan saya melihat sosok ustaz Fahri Hamzah. Berdiri di sisi Habib Riziq dan Ustaz Bachtiar Nasir di atas mobil komando. Beliau berorasi dengan lantang dan berani. Tapi apakah saya harus menyebutnya mewakili qiyadah Jamaah saya??? Atau apakah harus dalam status dan posisi seperti ustaz Fahri Hamzah, maka baru bisa tampil di tengah ummat dan dihadapan penguasa istana???
Zuhur esoknya seperti biasa saya solat berjamaah di musholla dekat rumah. Usai solat saya nimbrung ngobrol dengan beberapa jamaah. Mereka masih antusias bicara aksi jumat lalu. Mereka memuji-muji keberanian, ketegasan dan kemampuan habib Riziq dan beberapa tokoh lain. Tak satu pun jajaran Panglima Dakwah saya yang tersebut namanya oleh mereka. Mereka malah menyebut nama SBY yang katanya lagi berantem sama Jokowi. Sambil ada yang nyeletuk agar SBY terus lawan Jokowi. Lidah saya jadi kelu. Bagaimana saya mau mengajak mereka memilih Anis-Sandi ???
Mungkin antum, ikhwah saya yg lain, bisa membantu saya. Setidaknya untuk menjelaskan sedang kemanakah Panglima Dakwah ini ??
Wallahu a'lam bis-showaab.
Jakarta, 5 November 2016