KANG HASAN DAN ULIL


KANG HASAN DAN ULIL

by Balya Nur*

Saya tidak tahu banyak perihal Kang Hasan sampai ada yang menginbox saya meminta pendapat saya soal tulisan-tulisan Kang Hasan. Dia menjelaskan, Kang Hasan sering menulis begini, begitu. Ya, biar saja dia menulis begini, begitu. Saya juga bisa menulis begini, begini, begitu, begitu. Lagi pula saya ini apalah kok harus menulis begini bukan begitu. Entar ada yang bilang, "emang lu siape?" Lagi pula kaya kurang kerjaan saja.

Kebetulan saya menemukan status Kang Hasan diberanda fesbuk hasil share teman fesbuk saya. Status tertanggal 17 Nopember 2016 itu tertulis :

"Bila Tokoh JIL sudah sekubu dengan FPI
Itu tandanya ki amat sudah dekat."

Status itu menanggapi cuitan Ulil Absar Abdala

"Ndak enak hidup dalam suasana yang penuh polarisasi politik karena seorang gubernur yang kurang bijak dalam berkomunikasi."

Ada yang membisiki saya, Kang Hasan juga liberal. Ah, masa sih? Kalau saya sedang tidak dibohongi pakai bisikan macam-macam itu, maka status Kang Hasan bisa saya anggap keresahan karena ditinggalkan teman. Lalu kenapa kok segitunya sampai seperti kiamat ( tertulis ki amat ).

Pertanyaannya, kiamat buat siapa? Saya mencoba menafsirkan. Mudah kok. Tak perlu manggil ahli tafsir dari Mesir. Tafsiran saya, kiamat buat para liberalis. Ulil boleh dibilang orang nomor satu dalam dunia pemikiran bebas itu. Kehilangan Ulil bisa bikin banyak orang yang sok liberal berpikir untuk hijrah juga ke kubu yang berpikir main stream. Apa bukan kiamat itu namanya?

Bicara pemikiran liberal dalam agama Islam tidak bisa disamaratakan. Ada yang memang sadar betul kenapa dia jadi liberalis, ada yang cuma ikut-ikutan sok liberal. Saya sih melihatnya lebih banyak yang kedua.

Ulil sadar betul kenapa dia menjadi liberalis. Makanya dia tidak malu-malu membuat gerakan yang diberi nama Jaringan Islam Liberal (JIL). Beda dengan yang sok liberal, sekali saja dituduh pemikirannya liberal malah marah-marah.

Liberalis sejati lebih mudah dipahami, hingga kita bisa melawan pemikirannya dengan dalil-dalil. Sedangkan yang sok liberal, malah bikin ngakak tiada henti. Ade Armando, misalnya. Ketika Ade bilang bahwa Al-Qur’an tidak melarang LGBT, tidak banyak yang menanggapinya karena lebih memilih menertawakan pendapatnya. Buat apa capek-capek membuka Al-Qur’an, membacakannya di hadapan Ade. Percuma saja. Kan sama dengan yang mengatakan, adakah perintah sholat lima waktu dalam Al-Qur’an? Nanti kalau kita tanya, apakah ente inkaru sunah? Dia pasti marah. Dia menganggap kita mengatakan kalau dia tidak percaya pada Nabi. Padahal inkaru sunah cuma tidak percaya pada perawi hadits. Kalau dia tidak percaya pada Nabi, maka otomatis dia juga tidak percaya pada Al-Qur’an.
Sok liberal juga banyak macamnya. Ada karena darah muda yang selalu ingin tampil beda. Ada juga yang malas melaksanakan ibadah. Sebagai pembelaan kemalasannya, dia cari-cari tafsiran untuk pembenaran.

Kembali ke Ulil. Bahwa saya lebih memilih pimikiran main stream (arus utama) itu soal lain. Melihat perjalanan keilmuan Ulil, dia nampaknya sadar betul kenapa dia punya pemikiran yang tidak main stream. Menantu Gus Mus ini menyelesaikan pendidikan menengahnya di Madrasah Mathali'ul Falah, Pati, Jawa Tengah yang diasuh oleh KH. M. Ahmad Sahal Mahfudz (wakil Rois Am PBNU periode 1994‑1999). Pernah nyantri di pesantren Mansajul Pati, serta Pondok Pesantren Al-Anwar,Rembang. Dia mendapat gelar sarjananya di Fakultas Syariah LIPIA (Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab) Jakarta, dan pernah mengenyam pendidikan di Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara. Menempuh program doktoral di Universitas Boston, Massachussetts, AS.

Makanya saya heran ketika ada isu yang mengatakan Ulil menyebut Al Qur’an adalah buatan manusia. Keheranan saya terjawab lewat tayangan youtube berjudul "Debat Sengit Kyai Muda Jatim NU vs JIL Ulil Abshar Abdalla Full Jaringan Islam Liberal Indonesia" Link : https://www.youtube.com/watch?v=Oa0jRX1AFNc

Dalam video berdurasi cukup panjang itu Ulil membantah telah mengatakan Al-Qur’an buatan manusia. Dia bicara soal kisah Nabi dalam Al Qur’an yang kisahnya terpencar-pencar dalam berbagai surah, kecuali kisah Nabi Yusuf yang full terdapat dalam surah Yusuf. Nah, tafsiran kisah Nabi yang terpencar itu menurut Ulil telah tercampur oleh Israiliyat.

Israiliyat merupakan kisah yang bersumber dari literatur Ahli Kitab,Yahudi dan Nasrani. Sebenarnya para shahabat yang masuk Islam tidak menyampaikan cerita bohong. Sebab selama mereka memeluk agama Yahudi, kisah-kisah itulah yang mereka punya. Soal israiliyat ini memangg sampai sekarang masih menjadi bahan perdebatan di kalangan ulama

Dalam video itu, Ulil seperti meragukan kebenaran kisah Nabi yang terdapat dalam Al-Qur’an. Alasannya karena kisah itu terpencar di berbagai surah sesuai dengan konteks surahnya. Maka Ulil berpendapat, kisah itu tidak menjadi penting mau benar atau tidak, yang terpenting adalah ibrohnya, mengambil contoh dari kisah itu sesuai konteks yang dibicarakan dalam Al Qur’an.

Tentu saja para Kyai muda NU Jatim, seperti halnya juga saya, menolak pendapat Ulil itu. Menurut saya, Mengimani Al Qur’an sebagai firman Allah harus percaya pada setiap hurufnya. Dalam hal percaya sepenuhnya pada kisah Nabi dalam Al Qur’an, maka akan mendapatkan dua sekaligus. Percaya sepenuhnya pada firman Allah, dan juga dapat ibrohnya. Jika saja Ulil mau merenung beberapa kali, kenapa kisah Nabi Yusuf tertulis runut dan lengkap dalam surah Yusuf? Barangkali dia akan menemukan jawabannya.

Kembali ke Kang Hasan. Tuduhan Kang Hasan bahwa Ulil bergabung ke kubu FPI barangkali cuma kekesalan kehilangan teman saja. Kang Hasan pasti tahulah Ulil juga sebagai ketua Departemen Urusan DPD Partai Demokrat. Dan jika Kang Hasan menyimak pidato SBY soal "lebaran kuda" tentu Kang Hasan tahu alasan Ulil berada dalam posisi kubu FPI, tapi menurut saya lebih tepat kubu aksi 411.

Pasca aksi 411, beberapa kali Ulil menumpahkan kekesalannya pada pemerintahan Pak Jokowi melalui cuitannya. Dan kekesalanya karena merasa pemerintah Jokowi telah menzalimi Partai Demokrat dengan fitnah yang tidak berdasar, menghiasi akun-akun kubu 411. Barangkali itulah yang membuat Kang Hasan rada keki.

Nanti juga setelah gonjang-ganjing ini reda, bisa jadi Ulil akan kembali ke kubu Kang Hasan. Atau bisa jadi juga hijrah permanen ke kubu 411, kubu ulama main stream. Kalau itu yang terjadi, ramalan kiamat bagi kaum liberalis akan menjadi kenyataan.

Manyahdilalhu fala mudhillalah waman yudhlil fala hadiyalah.

__
dari fb penulis

Baca juga :