[portalpiyungan.com] Berakhirnya Aksi Bela Islam II yang digelar pada Jumat 4 November 2016 lalu, ternyata menjadi awal dari fitnah keji kepada mantan Presiden RI keenam, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Pasalnya sejak Jokowi mengeluarkan pernyataan tentang 'aksi ditunggangi aktor politik', Sabtu 5 November 2016 dini hari, mulai bermunculan spanduk-spanduk bernada kebencian kepada SBY yang bertebaran di sejumlah titik Ibu Kota Jakarta, Ahad 6 November 2016.
Spanduk mencolok berwarna merah putih ukuran 1x2 meter itu bertuliskan " SBY Provokator, NKRI Harga Mati ". Diantaranya terpampang di jembatan penyeberangan kawasan Sunter, Jakarta Utara, di stasiun Manggarai, Jakarta Selatan dan lain-lain.
Namun, spanduk tersebut tidak mencantumkan identitas pembuatnya. Begitu juga identitas yang memasang hingga kini belum diketahui secara pasti.
Istri SBY, Ani Yudhoyono pun tidak rela jika suaminya difitnah sedemikian keji serta dituduh menjadi provokator dan pembeking dalam Aksi Bela Islam II.
Melalui akun Instagramnya, @aniyudhoyono, Ani membalas komentar netizen @estikartika2410 yang memberikan semangat kepada keluarga besar SBY, kerena dituduh sebagai penunggang aksi tersebut.
Pemilik nama lengkap Kristiani Herrawati ini mengatakan, sepuluh tahun kepemimpinan suaminya tidak pernah berbuat hal yang mencederai demokrasi di Indonesia.
"10 tahun Pak SBY memimpin negara, tidak ada DNA keluarga kami berbuat yang tidak-tidak," kata Ani, Senin 7 November 2016.
Perempuan kelahiran Yogyakarta, Jawa Tengah tersebut menegaskan, tuduhan-tuduhan yang diberikan ke suaminya adalah penghinaan. Pasalnya tuduhan tersebut tidak mendasar dan ada buktinya.
"Jadi kalau ada tuduhan kepada Pak SBY yang menggerakan dan mendanai aksi damai 4 November lalu itu bukan hanya fitnah yang keji, tetapi juga penghinaan luar biasa kepada Pak SBY," tegasnya.
Menurut Ani, dalam perjalanan suaminya selama 30 tahun berkarier di dunia TNI tidak pernah sekalipun ingin menjadi penghianat bagi Indonesia. Melainkan sebaliknya, SBY rela menumpahkan seluruh darahnya untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
"Sekali lagi, tuduhan itu sangat kejam. Allah maha tahu apa yang kami lakukan selama ini," pungkasnya