SURAT TERBUKA UNTUK AHOK
Ahok tidak pantas menganalogikan dirinya dengan Nelson Mandela, tokoh besar yang dihormati dunia. Sudah tiga kali saya berkunjung ke Afrika Selatan, tempat pembuangan banyak sekali pejuang-pejuang kemerdekaan Indonesia, sekaligus mendalami nurani dan penghormatan luar biasa rakyat Afrika Selatan kepada Mandela yang sangat dicintainya.
Sebagai orang yang jauh lebih tua dan cukup kenal dekat dengan Saudara Ahok, dari lubuk hati yang dalam saya menasehati Ahok agar bersikap rendah hati dan jadikanlah peristiwa tersangkanya dalam kasus penodaan agama ini sebagai pelajaran penting dalam kehidupannya. Menjadi tersangka, terdakwa dan dipenjara misalnya dalam kasus penodaan agama (Islam) di negara muslim terbesar di dunia dari sudut pandang manapun tidak pantas dibanggakan oleh seorang Ahok. Saya ingin menagih harapan dan keinginan Ahok yang sering diucapkan perihal kapan dirinya mendapatkan hidayah.
Saya juga mengingatkan ketika saya hadir dalam pelantikkan Ahok menjadi Gubernur di Istana Negara, Rabu, 19 November 2014, saat saya salaman untuk pamit dengan Presiden Jokowi, dengan disaksikan Wapres Jusuf Kalla, Beliau pegang erat tangan saya sambil tiga kali mengucapkan, "Pak, saya titip Ahok."
Ahok peliharalah mulutmu, mulutmu harimaumu.
Salam.
AM Fatwa