14 Hal Yang Perlu Diketahui Soal ‘Bom’ di Samarinda; Awas Ditipu Media Sekuler


[portalpiyungan.co] Samarinda ~ hari Minggu (13/11/2016), meledak disebut Bom Molotov di Gereja Oikumene, Sengkotek, Samarinda, Kalimantan Timur. Peristiwa itu terjadi sekitar pukul 10.00 Wita.

Berita ini sontak menguasai Jagad Maya, semua televisi memberitakan seolah terjadi bahaya besar, Kapolda di Sumut langsung di hari yang sama mengerahkan personel polisi untuk jaga rumah Ibadah, tak ketinggalan Jokowi angkat bicara – seakan ini persoalan luar biasa. Kapolda Kaltim tanpa basa basi sebut ini aksi terorisme.

Di Indonesia Setiap ada isu besar yang menerpa Status Quo, maka akan ada upaya pengalihan isu agar isu besar itu terbias. Narasi tunggal aparat kepolisian menjadi syarat agar opini dapat di giring sesuai keinginan Status Quo.  Tak lupa Presiden harus bicara – agar semua dapat dipastikan kalau ini urusan penting. Padahal? Bisa jadi sama sekali tidak penting.

Di depan awak media, tadi pagi Jokowi meminta agar kasus itu segera ditangani oleh pihak kepolisian secara serius dan cepat, bdengan urusan Al Qur’an dinista. “Tadi saya sudah mendapat laporan dari Kapolri, saya sudah perintahkan Kapolri untuk segera ditangani,” kata Jokoi setelah menghadiri Rapat Pimpinan Nasional Partai Amanat Nasional di Hotel Bidakara, Jakarta, Ahad, 13 November 2016. Lebih lanjut, Jokowi ingin agar penegakan hukum dilakukan dengan tegas.

Padahal, berikut beberapa fakta yang dianggap Jokowi penting itu. Dan Analisis sederhana nitizen soal BOM itu.

1. Bom Meledak atau lebih tepat disebut Petasan
2. KTP Aceh, Salah satu yang ditangkap adalah Juhanda, kelahiran Bogor, dengan alamat KTP di Perumahan Citra Kasih Blok E Nomor 030, Neohon, Kelurahan Masjid Raya, Kabupayen Aceh Besar, Provinsi Nangroe Aceh Darussalam.
3. Rambut Gondrong – Baju bertuliskan Jihad
4. Pernah dipenjara di Jakarta selama 3.5 tahun
5. Saat ini tinggal di mesjid Tanpa Nama
6. Disebut Bom Molotov yang di lempar ke motor di depan Gereja
7. Saat Rame kasus ahok
8. Publikasi langsung muncul hampir di setiap TV nasional. Jokowi Angkat bicara.

Nitiizen mempertanyakan?

9. Kenapa muncul saat kasus penistaan agama?
10. Kenapa harus pakai Kaos Jihad? Biar lebih ekstrim pakai sorban sekalian.
11. Kenapa ngebom di gereja kecil yang cenderung jamaahnya sedikit. Kenapa tidak di dalam gereja?
12. Kenapa tidak di gereja kota yang besar? Yang diparkirannya ada mobil? Jadi ledakkannya besar?
13. Pelaku di pukuli masyarakat, setelah di kepung. Persis seperti masyarakat memukuli pembegal yang tidak takut – Pelaku seperti tak ada rencana untuk melakukan Aksi
14. Kenapa Polisi tidak sebut nama Masjidnya – dan lebih parahnya densus 88 hari ini menggerebek rumah namun penghuni rumah tak membenarkan kalau itu rumah tersangka.

Kalau ini rekayasa, rekayasanya terlalu easy to be guessed. Endingnya sebenarnya mudah; aksi damai selanjutnya akan sangat ketat seolah-olah Islam itu dicitrakan sebagai agama yang penuh kekerasan dan terorisme.

Terakhir, tentu saja kita semua mengutuk tindakan ini. Apalagi korbannya ada anak kecil. Kemudian, berharap jika ini benar adalah permainan intelejen gelap kita berharap ini segera dihentikan. Sudah banyak anak bangsa jadi korban intelejen gelap. Densus 88 saja sudah 120 orang lebih dieksekusi mati, tanpa proses peradilan. Tidak hanya itu, bagi penguasa yang ambil kepentingan dari isu ini kita berharap mereka bertobat karena menjadikan anak negeri korban kerakusan jabatan mereka. Ayoo tetap fokus kasus Ahok. (BL/int)

Sumber: http://up-islam.com/14-hal-yang-perlu-diketahui-soal-bom-di-samarinda-awas-ditipu-media-sekuler.html

***


Sepekan sebelum kejadian Samarinda ini, pengamat Terorisme Mustofa B Nahrawardaya sudah memprediksi bakal ada kejadian Terorisme di tengah suasana penuntutan kasus penistaan agama.

"Hari2 penuh kebohongan begini, biasanya ada kejadian2 terkait terorisme yg mengejutkan. Coba besok kita lihat," ujar Mustofa B Nahrawardaya melalui akun twiternya pada pekan lalu, Minggu (06/11/2016).

PERSIS 1 PEKAN berikutnya benar Kejadian !!!

Atas kejadian Banjarmasin ini, Mustofa Nahra menyebut sebagai perbuatan BIADAB.

"Biadab: pelaku, pendana, maupun sutradaranya," ujar aktivis Muhammadiyah ini, Minggu (13/11/2016) yang mengunggah foto-foto bayi korban peledakan Banjarmasin.

MEMANG SANGAT BIADAB : Pelaku, Pendana, maupun Sutradaranya !!!


Baca: MUI Kutuk Pengeboman Gereja


Baca juga :