[portalpiyungan.com] Direncanakan dalam Aksi Bela Islam 4 November 2016 nanti, tokoh sentral yang bergabung dalam aksi ini akan beraudiensi dengan Presiden RI Joko Widodo alias Jokowi.
Koordinator GNPF MUI, Ustadz Bachtiar Nasir menyesalkan, jika Jokowi selaku presiden malah membela Ahok. Adalah kecelakaan politik besar buat Jokowi jika melindungi Ahok yang telah menistakan Al Qur’an dan ulama serta umat Islam.
“Jika ingin menjadi presiden rakyat, seharusnya Presiden mau menerima kita untuk menyampaikan aspirasi umat Islam menegakkan keadilan. Tapi, kalau tidak menerima kita, terserah bagaimana rakyat,” ujar Ustadz Bachtiar Nasir alias UBN kepada wartawan di Masjid Agung Al Azhar, belum lama ini 27 Oktober 2016.
Dikatakan UBN, pemerintah yang cerdas adalah yang bisa membaca situasi. Aspirasi umat Islam kepada pemeritah untuk menegakkan keadilan, harus didengar dan jangan ditunda-tunda.
“Sebab, jika sudah klimaks, setelah lobi-lobi sudah sudah dilakukan, tekanan massa begitu deras, dikhawatirkan kemarahan rakyat akan meletus di sejumlah daerah, dan disusul daerah yang lain. Bisa dibayangkan, jika nanti akan terjadi eksodus besar-besaran, akibat kelakuan Ahok yang menista Al Quran, ulama dan umat Islam. Ketakutan itu sudah bisa dirasakan dari Glodok hingga Pluit,” cemas UBN.
Para ulama yang tergabung dalam Aksi Bela Islam telah berkomitmen untuk melakukan aksi demonstrasi secara tertib, aman dan sesuai koridor hukum. “Jika ada yang menginginkan chaos, jangan dilokasi kita. Saya tidak akan izinkan. Jika ada ingin chaos, itu urusan individu masing-masing, tapi jangan di forum ini. Aksi Bela Islam murni untuk menuntut penegakan hukum, tidak ada politisasi jelang Pilkada sama sekali,” ungkap UBN.
Saat ditanya soal pemberitaan Imam Besar FPI Habib Rizieq Syihah akan ditangkap? UBN hanya tersenyum dan meminta pihak tertentu untuk tidak mengadu domba dan memecahbelah umat.
“Insyaallah, Kabareskrim dan Wakapolri bersama kita umat Islam. Ketika saya mengunjungi ke beberapa daerah, kemarahan itu sudah sampai ke tingkat kepala daerah, dari Bupati hingga Walikota.”
Bahkan sebuah majalah berita ternama melaporkan, eskalasi kemarahan umat, sudah sampai ke tingakt RT dan RW. Ini pertanda zona merah. Namun demikian, kata UBN, kemarahan umat masih ditenggorokan, belum sampai ke ubun-ubun.
“Kelompok Pro Ahok sepertinya harus membuat tim pemenang di luar struktur, sebab struktur yang ada sudah tidak memadai, terlebih terjadinya unsur SARA yang dibuat oleh petahana ini. Mereka akan buat tim struktur bayangan yang akan bergerak dari kecamatan hingga RT untuk klarifikasi isu yang bisa menggerus suara Ahok,” tukas UBN.
Sebagai Koordinator Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) MUI, UBN menyerukan kepada orang tua yang memiliki anak agar tidak membawa putra-putrinya yang masih berusia di bawah 17 tahun saat 4 November nanti.
Panitia Aksi Bela Islam juga telah berkoordinasi, agar dalam akasi nanti, akan menyediakan toilet berjalan, termasuk tim pengawal taman di sekitar Istana.
“Ibu-ibu sudah siap membuat formasi melingkar, jika ada taman yang tak sengaja rusak oleh kerumunan massa. Bila perlu diganti. Kita tahu, sebuah stasiun TV swasta menyoroti pemberitaan soal tanaman yang rusak sebagai trending tropic dalam Aksi Bela Islam pertama. Nah, nanti, kameramen televisi itu, kita suruh ngeshoot toilet yang kita sediakan,” kata UBN tersenyum.
Ditanya soal rencana bermalam di sekitar Istana, UBN menjelaskan, bahwa setelah jam 18.00 pihak keamanan tidak memperkenankan massa berada di wilayah tersebut. Kecuali jika ada yang nekat.
Sumber: Islampos