Pasca kejatuhan ISIS di Dabiq, mulai terbuka teranglah pilihan-pilihan langkah Turki selanjutnya...
Sesuai prediksi pada artikel saya sebelumnya (lihat: http://www.portalpiyungan.com/2016/08/membaca-peta-perang-turki-di-syria.html), Turki setelah membebaskan Dabiq dalam waktu singkat dari ISIS akan menghadapi persimpangan jalan yang rumit.
Ke mana langkah selanjutnya akan diambil?
Apakah lurus ke arah al-Bab, lalu lanjut ke Raqqa, yang dengan kata lain akan fokus merebut simbol kekuasaan ISIS di Syria. Atau belok ke barat/timur? Memilih jalur yang jauh, jauh lebih berisiko untuk menimbulkan friksi dengan dua kekuatan superpower dunia, US dan RUSIA. Yaitu berkonfrontasi dengan YPG/PKK/PYD/SDF (komunis Kurdi), di dua titik sekaligus TelRifaat (Afrin) dan Manbij.
Dua bulan sebelumnya, begitu masyarakat Jarablus resmi meminta tolong Turki untuk membebaskan mereka dari cengkeraman ISIS, pasukan FSA (Free Syrian Army) dengan kawalan tentara Turki (TSK/TNI nya Turki) bergerak cepat menyisir perbatasan Turki - Syria. Mulai dari Jarablus, al Rai, Sawran dan terakhir Dabiq. Di kota yang digembar-gemborkan sebagai lambang kemenangan ISIS terhadap lawan-lawannya, ISIS justru menyerah dengan cepat, dan FSA secara sekilas memberi gambaran singkat langkah selanjutnya adalah merebut kota al-Bab secepatnya sebagai batu loncatan untuk membebaskan warga Aleppo Timur dari zona pemboman Rusia.
Apakah ini bisa dijalankan dengan mudah? ISIS mungkin akan memberikan perlawanan seperlunya, tapi tantangan sesungguhnya akan datang ketika PKK/SDF/YPG berusaha menutup langkah Turki + FSA menuju Al-Bab dari arah Afrin atau Manbij, atau dari keduanya sekaligus.
Seluruh wilayah ISIS sekarang, bagaikan no man's land... di mana semua pihak berebut untuk menguasainya. Entah itu Assad, PKK atau FSA semua berlomba untuk mengambil alih wilayah ISIS.
Namun jika dicermati lebih dalam, Assad dan PKK bahkan dengan ISIS sekalipun memiliki agenda yang sama, yaitu menyudahi perlawanan FSA (Free Syrian Army) sebagai kekuatan pembangkit revolusi Syria, karena jika FSA tamat = revolusi tamat. Selain itu jika dilihat dari kekuatan militer, FSA adalah pihak yang paling lemah sehingga sangat memancing lawan-lawannya untuk mengalahkannya di lapangan dan merebut wilayah kekuasaannya.
Dengan masuknya Turki ke wilayah Syria, kekuatan FSA mengalami peningkatan tajam. Mau tidak mau, Assad dan PKK harus bersatu menghadapinya kalau tidak mau kerepotan nantinya. Di sini, eskalasi akan dimulai, karena pasti Assad+PKK akan memanggil patronnya masing-masing. Assad akan memanggil Rusia, PKK akan memanggil AS.
Turki akan berpetualang sendirian di Syria mengawal FSA menuntaskan revolusi rakyat semesta. Tetapi apakah sebatas ini tujuan operasi Turki di Syria?
Jelas tidak, Turki memiliki segudang alasan untuk terlibat dengan perang regional di Syria bahkan jika meningkat menjadi perang dunia sekalipun, dia harus lanjut. Tujuan utama Turki di Syria jelas yang pertama dan paling utama adalah mengembalikan para pengungsi (yang sekarang 2 juta ditampung di Turki) ke rumahnya masing-masing. Beban logistik kebutuhan hidup bagi pengungsi di negara Turki sungguh sangat membebani perekonomiannya dan cukup membuat ketegangan sosial bagi para Muhajir dan para Anshor-nya.
Tujuan keduanya adalah mencegah kaum komunis Kurdi untuk mendirikan pemerintahan separatis yang mengancam kedaulatan negara Syria dan Turki itu sendiri.
Tujuan ketiga adalah paling berbasis moralitas namun pada prakteknya justru paling sulit direalisasikan adalah menghentikan pembantaian umat Islam. Kaum syiah dan pasukan Rusia menggunakan taktik bumi hangus dalam melancarkan perangnya, sama sekali jauh dari kaidah perang yang disepakati konvensi Jenewa.
Saat ini, Turki adalah satu-satunya negara muslim yang tampil secara terang-terangan membela kepentingan rakyat muslim dari abuse ataupun bully dari pihak-pihak yang ingin membullynya.
Kepedulian Erdogan terhadap penderitaan rakyat Aleppo Timur bukan sekadar bicara, namun juga tindakan nyata. Bahkan terhadap nasib umat Islam yang terancam untuk mengalami pengusiran paksa di kota Mosul di Irak, kepedulian Turki diwujudkan dengan melakukan tim monitoring di lapangan dan siap intervensi jika ternyata kaum syiah ingin memanfaatkan dalam kesempitan untuk melakukan perubahan demografi di Mosul.
Mengapa perang syria sadisnya luar biasa?
Karena inti strategi Assad/Iran/Rusia sesungguhnya adalah perang demografi, di mana hampir semua penduduk sunni direlokasi secara sistematis baik itu dipaksa (satu kota dikepung, dibombardir, digas, diputus segala jenis bantuan, dibuat kelaparan hingga disisakan jalur evakuasi yang langsung diarahkan pada wilayah militer para pengepung) ataupun secara terpaksa (menjadi pengungsi dalam jumlah ribuan hingga jutaan).
Apakah keuntungan dari perang demografi di Syria?
Jika dalam satu masyarakat ada pihak mayoritas dan pihak minoritas, secara statistik dalam pemilu yang fair dan terbuka, pihak minoritas akan selalu minoritas.
Namun bagi pihak minoritas yang memegang kekuasaan, penggunaan kekuatan militer untuk mengubah komposisi demografi sangat dimungkinkan, dan via perang demografi ini rezim Assad yang minoritas ingin berubah menjadi mayoritas dengan memakan jumlah korban luar biasa besarnya.
Apa yang terjadi sesungguhnya di balik tawaran gencatan senjata sepihak?
Dalam sejarah perang syria, setiap gencatan senjata selalu diakhiri dengan peningkatan intensitas perang yang semakin lebih tinggi lagi. Dengan kata lain, gencatan senjata adalah sebuah bentuk eskalasi perang yang menyeramkan bagi warga sipil yang dikepung. Pada gencatan senjata sepihak yang dilakukan pihak Rusia, para mujahidin diminta untuk keluar kota Aleppo timur, namun di saat yang sama Rusia menghadirkan kapal induk terbesar mereka ke laut Mediterrania, kapal Admiral Kuznetsov. Kapal berkapasitas 50 pesawat tempur ini diiringi dengan berbagai peralatan rudal anti-pesawat. Besar kemungkinan Rusia akan melakukan eskalasi pemboman besar-besaran ke Aleppo Timur dan meratakannya dengan tanah, hingga Putin memiliki alasan untuk segera mendeklarasikan kemenangan Assad dan bisa segera pulang, dengan meninggalkan kapal induknya sebagai bukti tanda perhatian yang tak pudar.
Lalu apa peran Dewan Keamanan PBB?
Peranan sidang-sidang PBB dalam menyelenggarakan gencatan senjata memang kurang efektif, Karena sidang selalu menyuarakan pihak-pihak pemilik veto, bukan suara rakyat Syria. hal ini sangat disadari oleh rakyat Syria di Aleppo timur, sehingga wajar jika mereka tidak tertarik sama sekali untuk mengikuti permainan gencatan senjata yang ditawarkan pihak rusia, meskipun dalam kondisi terkepung. Rakyat Syria berpandangan bahwa jika mereka keluar dari aleppo timur, ini berarti menyerahkan tanah air mereka kepada pihak Rusia.
Turki memang sepertinya akan berperan aktif sebagai pahlawan kaum muslim di kedua front, Aleppo dan Mosul. Erdogan dalam sebulan akhir ini menunjukkan niat dan kekuatan luar biasanya untuk menempatkan Turki sebagai pemain nomor 1 di dunia Islam. Arab Saudi mungkin bisa berperan seperti itu, tapi dengan adanya perang Yaman, sulit baginya berperan penting di belahan dunia lain.
Sebagai penutup, jika terbukti bahwa langkah Turki untuk merebut Al Bab dihalangi YPG/SDF/PKK dari arah Afrin/Tel Rifat dan Manbij, maka clash berskala global tidak akan terhindarkan, karena Turki akan mewakili umat islam di satu sisi sedangkan Assad akan dibekingi Rusia plus Iran mewakili blok Timur, dan YPG/SDF/PKK jika dibekingi AS akan mewakili blok Barat. Perang Dunia akan berulang ketiga kalinya, namun dengan posisi yang sungguh tidak seimbang.
(Pa Moyo)