Menyoal 'Takdir' Ahok
[by Erwin]
Semalam secara tak sengaja perhatian saya tertuju pada komentar seseorang yang begitu menggebu-gebu dalam membela petahana Gubernur Jakarta sampai membawa-bawa persoalan 'takdir'.
Secara eksplisit dia mengatakan bahwa apabila Allah mentakdirkan ahok menang dan menjadi Gubernur Jakarta pada pilkada nanti, apakah Allah salah dalam takdir-Nya? (Lihat screenshoot di atas).
Bahkan pada komentar yang lain dia juga menantang para penentang ahok untuk siap meninggalkan Jakarta jika ahok menang.
Tergelitik untuk menjawab persoalan 'takdir' diatas, saya coba buat coretan iseng ini dengan memakai pendekatan tenses dalam grammer bahasa Inggris. (Gak nyambung, banget) :p
(1) Pertama, Present Tenses
Saat ini jelas bahwa 'takdir' kemenangan ahok BELUM terjadi. Posisi ahok sebagai gubernur Jakarta saat ini merupakan 'kecelakaan demokrasi' akibat jokowi yang tidak menyelesaikan sumpah jabatannya sebagai Gubernur terpilih pada pilkada Jakarta 2012 lalu.
Maka sesuai UU, ahok lah, yang waktu itu mendampingi jokowi, yang naik sebagai pengganti Gubernur Jakarta.
Adapun saat ini, elektabilitas ahok terus merosot, apalagi pasca kemarahan ummat Islam terkait ucapannya mengenai surat al-maidah ayat 51.
(2) Kedua, Past Tenses
"Jika ahok menang, salahkah takdir Allah?" Jawabnya bisa kita lihat pada peristiwa masa lampau.
Ahok ini belum seberapa. Dulu ada sosok manusia yang berkata:
فَقَالَ أَنَا رَبُّكُمُ الْأَعْلَىٰ
(Seraya) berkata: "Akulah tuhanmu yang paling tinggi".
Orang itu tak lain dan tak bukan adalah Fir'aun, yang Allah takdirkan berkuasa untuk sekian lamanya.
Tidak hanya mendeklarasikan dirinya sebagai tuhan, fir'aun juga menantang untuk bertemu dengan Tuhannya Musa as.
Dan berkata Fir’aun: “Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui tuhan bagimu selain aku. Maka bakarlah hai Haman untukku tanah liat kemudian buatkanlah untukku bangunan yang tinggi supaya aku dapat naik melihat Tuhan Musa, dan sesungguhnya aku benar-benar yakin bahwa dia termasuk orang-orang pendusta”. (QS. Al Qashas, 28 : 38)
Lalu apakah Allah salah karena mentakdirkan manusia paling dzalim tsb sebagai penguasa? Tentu tidak.
Allah sudah siapkan skenario untuk menghancurkan Fir'aun melalui tangan Musa a.s, dengan menenggelamkan fir'aun beserta kesombongannya agar menjadi pelajaran bagi kita.
Lalu tiba-tiba kita mendengar ada manusia yang ngomong spt ini:
Ahok: "Kalau Tuhan Ngaco Juga Gue Lawan!": http://youtu.be/sV38SjQ-9Ho
(3) Ketiga, Future Tenses
Tidak ada Fitnah (ujian) yang lebih besar yang dialami manusia yang melebihi fitnah yang terjadi ketika DAJJAL datang di masa yang akan datang (akhir zaman).
Dengan kemampuannya ia sanggup menipu banyak manusia untuk menjadi pengikut dan pembelanya, hingga meskipun ia membawa api, para pengikutnya tetap mengaggap ia membawa air.
Dalam sebuah hadits diceritakan, dari Rib’iy bin Hirasy, katanya:
“Saya berangkat dengan Abu Mas’ud al-Anshari ke tempat Hudzaifah al-Yaman ra, lalu Abu Mas’ud berkata kepadanya: “Beritahukanlah kepadaku apa yang pernah engkau dengar dari Rasulullah s.a.w. perihal Dajjal.”
Hudzaifah lalu berkata: “Nabi s.a.w. bersabda: “Sesungguhnya Dajjal itu keluar dan sesungguhnya beserta Dajjal itu ada air dan api. Adapun yang dilihat oleh para manusia sebagai air, maka sebenarnya itu adalah api yang membakar, sedang apa yang dilihat oleh para manusia sebagai api, maka sebenarnya itu adalah air yang dingin dan tawar. Maka barangsiapa yang menemui Dajjal diantara engkau semua, hendaklah masuk dalam benda yang dilihatnya sebagai api, karena sesungguhnya ini adalah air tawar dan nyaman sekali.” Setelah itu Abu Mas’ud berkata: “Sayapun benar-benar pernah mendengar yang seperti itu.” (Muttafaq ‘alaih)
Lalu apakah Allah salah karena mentakdirkan Dajjal yang begitu berkuasa di tengah-tengah manusia? Tentu tidak.
Justru kehadiran Dajjal saat itu adalah sebagai ujian bagi manusia untuk berada di pihak yang mana? Bersama Imam Mahdi atau bersama sang Dajjal?
Dan akhirnya takdir kekuasaan sang Dajjal harus berakhir tragis dengan kehadiran Nabi Isa a.s yang nanti membunuhnya.
***
Jadi pertanyaan apakah JIKA ahok menang dan menjadi Gubernur Jakarta maka Allah salah dalam menerapkan takdir-Nya adalah belum seberapa jika dibandingkan pada peristiwa masa lampau (kisah Fir'aun) maupun masa depan (kisah Dajjal).
Dan semua peristiwa, baik di masa lampau, saat ini, maupun masa yang akan datang hanya mampu dipahami oleh orang-orang yang memelihara akalnya.