(Ust. Abrar Rifai)
Serius nih, orang yang sukanya pura-pura itu berbahaya. Kerjaan, gelagat dan prilakunya liberal, tapi tidak mau disebut liberal. Keberpihakan dan pembelaannya kepada syiah sangat berat, tapi tidak mau disebut syiah.
Maka, dalam ghazwul fikri, pergulatan politik maupun diskusi diskusi keagaamaan, orang yang sok liberal dan sok syiah itu jauh harus lebih diwaspadai daripada orang liberal dan syiah sungguhan.
Seperti juga ada yang tidak mau disebut pendukung Ahok dan katanya juga bukan pendukung Jokowi, namun semua kejahatan Ahok selalu dibelanya. Dan sampai sejauh ini pun tetap buta mata akan ketidakmampuan Jokowi memimpin negeri.
Maka, seperti apa kita menyikapi orang-orang model begitu? Hendaklah kita bersikap sebagaimana sikap Rasulullah saw dan para sahabatnya dalam menyikapi kelompok bermuka dua. Zhahir dan pengakuan lisan mereka adalah Islam, tetap dianggap sebagai bagian dari Islam. Walau prilaku mereka semuanya merugikan Islam.
Allah SWT membeberkan mereka dalam surat Al-Munafiqun:
(1) Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata: "Kami mengakui, bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah". Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta.
(2) Mereka itu menjadikan sumpah mereka sebagai perisai, lalu mereka menghalangi [manusia] dari jalan Allah. Sesungguhnya amat buruklah apa yang telah mereka kerjakan.
(3) Yang demikian itu adalah karena bahwa sesungguhnya mereka telah beriman, kemudian menjadi kafir [lagi] lalu hati mereka dikunci mati; karena itu mereka tidak dapat mengerti.
(4) Dan apabila kamu melihat mereka, tubuh-tubuh mereka menjadikan kamu kagum. Dan jika mereka berkata kamu mendengarkan perkataan mereka. Mereka adalah seakan-akan kayu yang tersandar. Mereka mengira bahwa tiap-tiap teriakan yang keras ditujukan kepada mereka. Mereka itulah musuh [yang sebenarnya], maka waspadalah terhadap mereka; semoga Allah membinasakan mereka. Bagaimanakah mereka sampai dipalingkan [dari kebenaran]?