Kritisi Logika Jokowi, Fahri Hamzah: Kalau Jonan Memang Pinter Manajemen, Kenapa Dulu Dipecat?


[portalpiyungan.com] Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah mempertanyakan alasan Jokowi mengangkat Iganisius Jonan sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

Fahri menilai janggal hal tersebut karena sebelumnya Jonan sempat dipecat dari kursi Menteri Perhubungan.

"Kalau alasan Presiden Jokowi mengangkat Jonan karena alasan manajemen, kenapa dulu Jonan dipecat dari Menteri Perhubungan. Ini kan aneh," kata Fahri di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin  17 Oktober 2016

Fahri mengatakan, jika Jonan dianggap memiliki kemampuan manajemen yang baik, semestinya tidak dicopot dari jabatan menteri perhubungan.

"Sekarang bilangnya mengangkat Jonan sebagai menteri ESDM karena Jonan pintar manajemen. Nah, dulu berarti Jonan dipecat karena pintar manajemen juga? Ini bagaimana logikanya?" tutur Fahri.

Fahri pun mempermasalahkan alasan Jokowi mengangkat Arcandra Tahar sebagai Wakil Menteri ESDM. Menurut Fahri, sejatinya permasalahan kewarganegaraan Arcandra belum selesai.

"Mana ada orang yang pernah kehilangan kewarganegaraannya sebagai WNI lantas dengan mudah bisa kembali mendapatkan kembali status WNI-nya dengan begitu cepat. Semestinya tidak bisa seperti itu," ucap Fahri.

Ia juga mempertanyakan alasan pengangkatan Arcandra sebagai wakil menteri, karena menurut Fahri, Indonesia memiliki banyak stok ahli di bidang ESDM.

Karena itu Fahri menilai Jokowi tidak memiliki parameter yang jelas saat hendak mengangkat orang sebagai menteri. Padahal kata Fahri, parameter sangat dibutuhkan agar kinerja sang menteri ke depan bisa diukur dan dinilai secara objektif.

Politisi asli Nusa Tenggara Barat itu lantas membandingkan cara Jokowi dan Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Fahri menganggap cara SBY menunjuk seseorang sebagai menteri di kabinetnya jauh lebih baik dibandingkan dengan Jokowi.

"Saya juga baru tahu ini dari beberapa mantan menteri di era Pak SBY. Ternyata mereka sampai diperiksa aspek psikologisnya dan intelijen waktu itu sampai dikerahkan untuk meneliti latar belakang calon menteri agar tidak kecolongan seperti kasus Arcandra," ujar Fahri.
Baca juga :