Israel tidak diragukan lagi adalah negara yang didirikan atas prinsip rasisme dan diskriminasi agama.
Tipikal sebagai negara yang arogan, negara Zionis tersebut merespon resolusi UNESCO yang menegaskan tidak adanya kaitan historis antara Yahudi dengan Majidil Aqsha dengan:
1. Memerintahkan atas nama negara untuk melakukan ekskavasi arkeologis dibawah Masjidl Aqsha untuk mencari keterkaitan sejarah situs suci umat Islam ini dengan warisan Yahudi.
2. Mewajibkan kepada semua pemuda Israel untuk terlibat dalam proyek ekskavasi sebelum mengikuti wajib militer.
Tidak tanggung-tanggung, secara pribadi PM Netanyahu menyatakan terlibat secara pribadi proyek suci ala Yahudi ini.
PM Israel Benyamin Netanyahu kemarin (24/10) menyatakan akan ikut serta dalam pekerjaan ekskavasi Yahudi dibawah Masjid al Aqsha, ungkap Quds Net.
Pernyataannya tersebut disampaikan sebagai respon atas resolusi final UNESCO yang menolak keterkaitan Yahudi dengan Masjid al Aqsha.
Pemerintah Israel menyerukan dilakukan pencarian peninggalan Yahudi atas Masjid Al Aqsha dan Yerusalem dengan menganggapnya sebagai “misi nasional”. Mereka setuju dengan rencana menjamin semua warga Israel ambil bagian dalam ekskavasi sebelum memasuki masa wajib militer.
Saya, bayangkan jika mobilisasi semacam ini terjadi di negeri Muslim, apa kira-kira reaksi dunia?
Sementara dalam potret lain, negara-negara Muslim di Timur Tengah saling berperang dan membunuh satu sama lain untuk semata menunjukkan siapa yang paling benar diantara mereka, dan sebagian mereka masih sibuk dalam pencarian definisi yang naif "siapa yang patut menjadi musuh?"
Maka ada benarnya komentar Menhan Israel Lieberman yang rasis itu,
Sindirnya, “Apapun namanya, Musim Semi atau Musim Gugur Arab dan kami tidak ada kaitan apapun dengan hal itu. 99 persen korban dan pertumpahan darah terjadi antar Muslim sendiri, dan bukan dengan Israel.”
Kita lihat apakah ada respon dunia Islam atas proyek ekskavasi dan mobilisasi keagamaan di Israel sekarang ini secara memadai, sebagaimana reaksi dunia Islam atas pembakaran Masjidil Aqsha pada 1969, yang melatari berdirinya OKI.
Kita tunggu saja..
(Ahmad Dzakirin)