Di Amerika, Muslimah DIHARGAI Karena PERJUANGKAN Aturan Agama, di Indonesia Ulama yang PERJUANGKAN Aturan Agama DITUDUH Berpolitik



[portalpiyungan.com] Sana Hamze merupakan pelajar Muslim baru di Norwich University. Seperti rekan tarunanya, dia tengah mengikuti latihan keras di sekolah militer swasta tertua di AS tersebut.

Dilansir dari Boston Globe, Kamis 13 Oktober 2016, remaja 18 tahun itu mengikuti setiap peraturan seperti mandi kurang dari 15 menit, dan mendaki gunung dengan beban 50 pound. Namun, entah menjadi bahan pikiran atau tidak, Hamze turut mencetak sejarah di sana.

Dia merupakan siswi pertama di sekolah tersebut yang meminta akomodasi agama, untuk mengenakan jilbab yang menjadi perintah agamanya. Hebatnya, permintaan itu diwujudkan lewat izin sekolah, sehingga Hamze bisa terus belajar tanpa harus melepas jilbab.

Sekarang, Hamze sudah memasuki semester musim gugur yang tengah berlangsung di Northfield, yang merupakan pusat kota Vermont. Fakta kalau ada satu pelajar yang mengenakan jilbab, bukan lagi masalah yang harus dipikirkan Hamze.

Sebelumnya, ia sempat mengalami rintangan ketika masuk ke sekolah militer bersejarah di South Carolina, The Citadel. Untuk permintaan yang sama, sekolah menerimanya tapi menolak ijin memakai jilbab, karena dianggap akan mengganggu seragamnya.

Hal ini sangat berbanding terbalik dengan kondisi di Indonesia.

Di sini, puluhan ribu muslim yang lakukan aksi damai karena agamanya dihina dan dinistakan, dituding sebagai perusak taman yang berukuran 10 meter persegi.

Di Indonesia, para ulama yang menegakkan kehormatan agama, dituding telah berpolitik. Tudinan itu datang dari Wakil Ketua Setara Institute, Bonar Tigor Naipospos dalam sebuah diskusi yang digelar Ahad, 16 Oktober 2016 di Cikini Jakarta.

Bonar menuding MUI terlibat politik kekuasaan karena ikut mendesak aparat keamanan memeriksa Ahok.

Pihak MUI pun telah memberikan tanggapan terkait hal ini.

"Tuduhan kepada MUI melakukan politik kekuasaan adalah sebuah kebohongan dan fitnah yang sangat keji. MUI melaksanakan tugas untuk menjaga umat dari berbagai pemikiran yang keliru dan akidah yang salah. MUI mengedepankan kepentingan negara di atas kepentingan kelompok yang sempit," kata Zainut Tauhid Sa'adi, Wakil Ketua Umum MUI, Senin, 17 Oktober 2016.

Miris.

Di negeri yang mayoritas rakyatnya beragama Islam, para ulama yang ingin menegakkan aturan agama justru dibully, diserang dan dituding berpolitik. 

Sementara, seorang muslimah yang ingin mempertahankan aturan Allah dengan tetap berhijab, diapresiasi oleh sekolah militer swasta tertua di negeri yang mayoritas warganya non muslim.


Baca juga :