Beginilah NU yang Saya Kenal


Saya lahir, menghabiskan masa kecil, dan besar di sebuah kampung betawi, Kwitang-Jakarta Pusat. (Habis kawin, hijrah ke Depok).

Sampai saat ini, Kwitang masih dikenal sebagai "basis" para habaib yang melahirkan ulama-ulama besar di Jakarta. Ulama-ulama yang berafiliasi dengan ormas Islam terbesar di Indonesia: Nahdlatul Ulama (NU).

Salahsatunya adalah KH. Syaifuddin Amsir, yang saat ini merupakan Mustasyar PBNU periode 2015-2020, yang kemarin hadir di acara ILC TV ONE dan dengan TEGAS menyampaikan pandangannya soal prilaku ahok yang melecehkan al-Qur'an.

Saat menginjak usia remaja (SMP kalau tidak salah), saya kerap hadir pada pengajian yang beliau bina di Masjid al-Riyadh, Kwitang, tiap Rabu ba'da maghrib. Salah satunya adalah pembahasan kitab Tagrib Dalil, yang membahas ilmu-ilmu fiqh.

Pun sampai saat ini, ribuan kaum muslimin dari berbagai penjuru Jakarta dan sekitarnya hadir setiap Ahad Pagi pada majelis ilmu yang dibina oleh Habib Abdurrahman bin Muhammad bin Ali bin Abdurrahman al-Habsyi di Islamic Center Indonesia, Kwitang-Jakarta Pusat.

Habib Abdurrahman ini, meski sudah sepuh, hadir dalam aksi Umat Islam dan FPI Jum'at kemarin dan memberikan orasinya di depan kantor Bareskrim Polri dari bawah mobil komando. (Karena beliau tidak kuat untuk menaiki tangga podium aksi di atas mobil komando).

Ulama betawi lainnya yang juga "anak kwitang" adalah Habib Idrus bin Alwy Jamalulail, yang dikenal sebagai macan podium karena ceramah-ceramahnya yang "keras", hingga pernah merasakan 'hotel prodeo' di zaman Orba.

Putra beliau, Habib Fachri bin Idrus bin Alwy Jamalulail adalah kawan sepermainan saya saat SD dulu. Kini beliau membina majelis di Masjid Nurul Abror, Mangga Dua, Jakarta Pusat.

Karena saat ini saya berkantor tidak jauh dari masjid tersebut, maka saat beliau menjadi khotib jum'at, saya seperti menyaksikan kembali ayah beliau diatas mimbar. TEGAS. BERANI. TAK KENAL KOMPROMI dalam membela Islam.

Begitulah ulama-ulama NU yang saya kenal.

Maka... jika ada santri NU yang malah membela si penista al-qur'an, maka saya bertanya: NU model apa lu?

(Erwin)


Baca juga :