"POLITIK DAN MASJID" by @FelixSiauw


POLITIK DAN MASJID

(by @FelixSiauw)

Sangat sering sekali, sebelum memberi kajian, pihak DKM atau panitia berpesan ke saya “Ustadz, nanti jangan bicara politik ya”.

Atau “Ustadz, nanti jangan singgung-singgung syariah-khilafah ya”, dan pesan-pesan sejenis yang sama-sama pesaanannya.

Biasanya ini jenis masjid yang katanya “untuk semua golongan” tapi malah warna Islamnya yang tak tampak jelas.

Pertama, seorang ulama tentunya lebih paham apa yang jamaahnya PERLU, bukan menyampaikan apa yang jamaahnya INGIN, itu.

Kedua, siapa sih yang pertama mengajarkan bahwa aktivitas politik tidak boleh dilakukan di masjid? Islam itu anti-politik?

Setahu saya di zaman Rasulullah, Masjid Nabawi bahkan dipakai untuk menyiapkan perang, untuk membaiat pemimpin negara.

Tambahan lagi, dalam Islam tidak dipisahkan aktivitas agama dengan aktivitas politik, sebab aturan Islam juga mencakup politik.

Islam memandang politik “siyasah” adalah mengurus urusan ummat, aktivitas para Nabi dan Rasul itu ya mengurus ummat atau politik.

Disitu mengapa Allah wajibkan pemimpin itu Muslim, dan mewajibkan pemimpin itu juga menerapkan aturan dari-Nya.

Jadi SANGAT aneh bila ada pihak yang tidak bolehkan acara dengan alasan “berbau” aktivitas politik, ini pemahaman yang salah.

Apalagi disaat yang sama, ada yang bolehkan orang kafir masuk ke masjid berkampanye, jelas-jelas mendukung kekufuran.

“Jangan suudzann lah, siapa tahu dia mau masuk Islam“, nah kalau ini alasannya, lain lagi bahasannya, itu justru bahayakan ummat.

Masuk Islamnya belum tentu, kampanyenya sudah pasti bukan buat kepentingan Muslim, malah cenderung merugikan.

Dan ini tamparan bagi para dai, mubaligh, dan ulama, bisa jadi selama ini ummat belum memahami bahwa politik itu harus Islam.

Karena itulah ummat harus terus diberitahu, bahwa Islam itu mengatur segalanya, termasuk tentang kepemimpinan.



Baca juga :