Baru melek pagi-pagi, baca SMS dari kerabat di daerah.
"Sugeng enjing mas. Dari dulu setiap Pemilu keluarga kami pilih PNI. Lalu ganti ke PDIP. Nanti ketika PDIP deklarasi calon adalah titik penentuan: apakah kami sekeluarga akan tetap memilih PDIP, atau selamat tinggal selama-lamanya".
"Lho? Ini kan Pilkada DKI? Kalian kan tidak ikut memilih?"
"Memang mas. Tapi njenengan kan pernah bilang bahwa DKI kan barometer? Nanti malam adalah tolok-ukur apakah partai ini masih partainya Bung Karno, Marhaen, 'Jembel Gepeng' (orang2 yg hidupnya kejepit, pen)... atau partainya para... para... oalah...."
"Saya gak ikut-ikut ya... silakan saja jika itu sudah dipertimbangkan matang-matang."
"Sampun dipertimbangkan mas."
"Ya sudah. Saya mungkin juga akan bersikap serupa kalau jadi njenengan."
___
*dari fb Joko Santoso HP (20/9/2016)