BERBEDA DENGAN DUTERTE YANG TANTANG AS KARENA OGAH DIDIKTE. JOKOWI JUSTRU TUNDUK PADA ASING


[portalpiyungan.com] Dalam konferensi pers sebelum bertolak ke Laos, Duterte menegaskan ia tidak akan membiarkan dirinya didikte oleh Obama, khususnya soal dugaan pelanggaran HAM akibat praktik pembunuhan di luar hukum yang marak terjadi dalam perang pemberantasan narkoba yang ia galakkan.

"Anda [Obama] harus hormat. Jangan hanya meluncurkan pertanyaan dan pernyataan. Son of a bitch, saya akan mengutuk Anda di forum itu," kata Duterte, dikutip dari AFP, Senin 5 September 2016.

"Kita akan berkubang di lumpur seperti babi jika Anda melakukan itu terhadap saya," ujarnya lagi.

Duterte dan Obama akan bertemu pada Selasa 6 September 2016 sore di sela-sela pertemuan puncak para pemimpin ASEAN di Vientiane, ibu kota Laos.

Sejak resmi menjabat sebagai presiden, tercatat sudah 2.400 orang tewas dalam perang pemberantasan narkoba. Sebanyak Polisi mengatakan, sekitar 900 di antaranya tewas ditembak aparat, sementara sisanya masih diselidiki. Kalimat "masih diselidiki" oleh pegiat HAM dianggap bahasa halus untuk korban main hakim sendiri atau pembunuhan tanpa proses pengadilan.

Tewasnya ribuan orang yang diduga bandar dan pemakai narkoba sesuai dengan janji kampanye Duterte sebelum pemilu Mei lalu. Kritikan bermunculan dari berbagai lembaga HAM, PBB dan AS, namun Duterte tetap membisu.

Ia menegaskan, tidak akan menghentikan kampanye pembunuhan terhadap para bandar narkoba di Filipina dan memperkirakan masih ada banyak bandar yang akan tewas ditembak di negaranya.

Duterte menegaskan ia tidak akan menerima perintah dari Amerika Serikat, yang merupakan mantan penjajah Filipina, dan tidak peduli soal citranya di dunia internasional.

"Saya tidak peduli tentang siapa pun mengamati perilaku saya," katanya.

Duterte bahkan menggunakan bahasa kasar lainnya dalam mengkritik sejumlah kritikus yang dinilai berusaha menyenangkan Amerika Serikat.

"Ada orang lain yang memiliki kapasitas mental bagaikan anjing yang duduk di pangkuan Amerika," ujarnya.

Ini bukan kali pertama Duterte meluncurkan kalimat kasar. Sebelumnya, cacian "son of a bitch" dan "homoseksual" juga pernah dialamatkan kepada Duta Besar AS untuk Manila.

Keberanian Duterte ini semestinya menjadi sebuah semangat bagi negara-negara lain di kawasan Asia untuk tak lagi perlu takut dengan negara adikuasa seperti AS.

Keberanian yang sama sebenarnya pernah dipertontonkan Jokowi saat menggelar ratas dan berpose di kapal perang yang tengah berlayar di Laut China Selatan.

Ketika itu Jokowi dielu-elukan telah menunjukkan sikap menantang China. Sayangnya, keberanian itu sebatas pose saja. Kenyataannya, masuknya TKA asal China tak dapat dibendung oleh Jokowi.

Negara bahkan tampak memfasilitasi kedatangan buruh-buruh kasar tersebut.

Bahasa tubuh Jokowi yang merapatkan kedua tangan di depan tubuh saat berbicara dengan Presiden China bahkan banyak diterjemahkan sebagai bentuk sub-ordinasi pemerintah Indonesia.

Belum lagi sikap Jokowi yang membuka pintu seluas-luasnya kepada investor China semakin membuktikan rendahnya posisi tawar Indonesia dengan China.

Melihat itu semua, sulit kiranya membayangkan Jokowi dan pemerintah Indonesia berani menantang negeri sekuat AS seperti Duterte menentang AS.
Baca juga :