The Story of LILIYANA NATSIR


LILIYANA NATSIR

Siapa yang ga kenal nama itu sekarang? Peraih medali Emas Olimpiade 2016 dari cabang bulutangkis. Bonus 5 Milyar dan uang pensiun Rp 20juta/bulan juga siap menanti.

Sederet prestasi juga pernah diraih dari piala Sudirman, piala Uber, SEAGames, Asian Games, Asia Champion, World Champion, sampe Olimpiade. Beliau juga bertahan lebih dari 10 tahun di jajaran papan atas dunia. (Juni 2006 -peringkat #1 dunia. Sekarang peringkat #3 dunia).


Namun dibalik semua prestasi itu, taukah kamu bagaimana perjuangan dia untuk mencapai puncak karir tertinggi di dunia Bulutangkis?

Lily kecil (lahir di Manado, Sulawesi Utara, 9 September 1985, dari pasangan Beno Natsir dan Olly Maramis alias Auw Jin Chen) sudah harus bangun lebih pagi untuk berlatih bulutangkis setiap hari di usia 8 tahun. Dia juga terpaksa harus putus sekolah di usia 12 tahun (SD) dan merantau dari Manado ke Jakarta untuk berlatih bulutangkis.

Disaat anak-anak lain masih bermanja-manja denga orang tuanya, dia sudah harus mengurus diri sendiri dari mencuci baju hingga kebutuhan sehari-hari. Dia mengorbankan seluruh masa mudanya untuk bulutangkis. Berlatih siang dan malam. Berkali-kali hampir berputus asa, karena tekanan dan latihan yang berat, hingga pernah kembali ke Manado dan tidak mau kembali ke Jakarta. Dan pengorbanan terbesarnya sebagai wanita, menunda menikah hingga kini di usianya yang tidak muda lagi (31 thn).

Semua kesuksesannya tidak diperoleh dengan mudah. Semua diraihnya dengan keringat, air mata dan darah.

"Your life does not get better by CHANCE, it gets better by CHANGE"

Kesukesan adalah tamu yang pemilih. Dia tidak datang pada mereka yang malas, tetapi kesuksesan akan datang jika kita siap dan bekerja keras penuh keyakinan serta keikhlasan untuk menggapainya.

(by Frans Pekasa)


Baca juga :