STRATEGI KOMUNIKASI MEGAFON ALA AHOK JADI BUMERANG


STRATEGI KOMUNIKASI MEGAFON ALA AHOK JADI BUMERANG

Oleh: Muhammad A S Hikam*

Beberapa waktu lalu saya memposting status di sini yang mengingatkan agar petahana dlm Pilkada DKI, Gub Basuki Tjahaja Purnama (BTP, Ahok), tidak memakai strategi megafon dalam komunikasi publik, termasuk dalam kampanye jelang pilkada. Tampaknya pak Gubernur masih tetap percaya dengan strategi komunikasi keras itu bahkan digunakannya dalam mengantisipasi kenungkinan pencaguban walikota Surabaya, Ibu Tri Rismaharini (TR).

Hemat saya strategi megafon tersebut justru telah memukul balik Ahok dan bisa mengurangi kredibilitas beliau secara signifikan. Setidaknya, lawan-lawan Ahok kini pubya peluru tambahan untuk menyerang dari sisi kredibilitas tersebut. Sebab serangan preemptive Ahok terhadap Risma bukan saja tak didukung fakta yang akurat (sebagaimana respon balik TR - link detikcom), tetapi juga karena cara tsb bisa ditafsirkan sebagai sikap khawatir yang berlebihan bahkan semacam paranoia. Pencaguban Risma masih jauh dari pasti sehingga melakukan serangan dengan kampanye negatif seperti itu malah menimbulkan tanda tanya terkait kepercayaan diri sang petahana.

Ada baiknya jika Ahok dkk tidak mengumbar cara berkomunikasi megafon ini. Sebab kalaupun beliau memenagkan pilkada, dampak negatif dari cara berkomunikasi publik ini akan menyertai beliau nanti. Politik yang berhasil konon adalah yang bisa merubah musuh menjadi teman, atau setidaknya tak berpotensi menjadi lawan berat di masa depan. Strategi megafon yang dipergunakan Ahok justru memperlebar wilayah konflik dan memperbanyak lawan potensial.

Timses Ahok dipimpin oleh politisi muda yang handal, Nusron Wahid (NW), yang notabene sangat berpengalaman dalam mengelola persepsi publik dan merangkul arus bawah. Ahok perlu mengoptimalkan NW dalam berkomunikasi dengan publik dan pemilih potensial di DKI. Saya tidak yakin NW akan menyokong strategi megafon itu karena bagi tokoh NU itu, pendekatan persuasif akan dianggap lebih bermanfaat dalam jangka panjang ketimbang pendekatan provokatif.

Wallahua'lam.

___
*dari fb Muhammad A S Hikam
(Gambar: aktual.com)


Baca juga :