"PKS & DEMOKRASI"
Oleh:
(Alumni Al-Azhar, S2 Hub. Internasional Lille Perancis)
1. Gw mau ngetwit tentang sebuah pertanyaan sederhana, walau sederhana tapi banyak juga yang menanyakan hal yang sama gw rasa.
2. Belum lama kita dipertontonkan episode politik yg cukup memilukan, tentang pemecatan seorang kader partai dakwah dan berujung di pengadilan
3. Ketika menyaksikan episode demi episode pemecatan tsb, muncul pertanyaan dalam kepala gw.
4. Pertanyaan gw tentang demokrasi yang menjadi pijakan semua parpol di Indonesia.
5. Tentu pertanyaan gw bukan ttg faham atau tidak PKS ttg demokrasi, itu ga perlu gw pertanyakan. Di partai tsb berkumpul orang2 terpelajar.
6. Yang jadi pertanyaan gw adalah apakah PKS dalam hal ini DPP benar2 'mengimani' demokrasi atau hanya gombal di depan publik?
7. Yang gw maksud mengimani adalah menjadikan sebuah pegangan dalam berpolitik dan yang kemudian diamalkan di lapangan.
8. Yang gw fahami trg demokasi adalah seni mengolah perbedaan yg muncul di kepala banyak pihak, baik ttg ekonomi atau politik dg cara manusiawi.
9. Dan yg ga kalah penting dalam berdemokrasi adalah menjaga hak2 yg berbeda pendapat dalam mendapatkan posisi walaupun berbeda dg mayoritas.
10. Saling berdampingan walau berbeda, saling menghormati walau tidak sepikiran dan jauh dari otoritarian. Itu yang gw faham ttg demokrasi.
11. Karena perbedaan suatu hal yang mutlak dalam demokrasi, bahkan demokrasi tidak akan bertahan lama tanpa kritik atau pihak oposisi.
12. Tanpa kritik tidak akan tau mana yg benar mana yg salah, tanpa oposisi susah membedakan kepentingan pribadi dan kepentingan bersama.
13. Dalam lika-liku berdemokrasi itulah kita akan dilatih untuk berlapang dada. Bukankah berlapang dada bagian dari nilai2 keislaman?
14. Dan celaka ketika pemegang kekuasaan belum mampu untuk berlapang dada, karena akan mengantarkannya menjadi otoriter. Musuh demokrasi.
15. Apapun namanya, baik negara atau jamaah, ketika sudah sesak nafas melihat perbedaan ini tanda2 dirinya akan berubah menjadi otoriter.
16. Dalam demokrasi tidak boleh ada pihak yang selalu merasa benar atau merasa suci dari kritik
17. Islam tidak mengenal pemimpin spt ini bahkan di era khulafaurrosyidin sekalipun. Mereka menerima kritik dan saran bahkan disalahkan.
18. Gw melihat fenomena aneh dalam kasus pemecaan FH, seakan akan yang mengkritik Qiyadah sudah keluar dari jamaah.
19. Lebih jauh mereka dituduh melawan syuro atau melawan hukum2 islam yang datang dari Allah dan Rosulnya.
20. Dalam politik islam sudah biasa namanya kritik, baik dengan cara yang lembut atau yang sedikit lebih keras. Karena memang islam demokratis.
21. Yang gw aneh adalah ketika kader mengkritik kebijakan pemerintah yang kebetulan bertentangan dg kemauan Qiyadah mereka dikatakan pemberani.
22. Hanya ktk kader mengkritik kebijakan Qiyadah dikatakan pengkhianat/tidak faham ruh partai. Bukankah Jokowi dan SBY itu produk demokrasi?
23. Bukankah SBY atau Jokowi naik hasil dari persaksian rakyat Indonesia di bilik suara yang menjadi dasar kalau itu semua harus dihormati?
24. Tapi kenapa ketika kader mengkritik mereka tidak dikatakan pengkhianat? Tidak dikatakan melawan hasil syuro?
25. Dan anehnya lagi, kader2 yang dikatakan tidak faham ruh partai atau tidak taat pemimpin itu adalah kader2 yang prestasinya jelas.
26. Mereka orang2 yang bisa dikatakan bersih, tidak korupsi, tidak alpa sbg kader. Kenapa begitu gampang mendepak mereka?
27. Justru mereka yg sibuk dg pemecatan FH jarang terdengar berteriak untuk rakyat. Berapa banyak issue2 penting terlewatkan oleh PKS saat ini?
28. Fenomena ini harus menjadi renungan semua pihak. Ini sungguh menakutkan, tidak hanya bagi kader tp juga bagi semua rakyat Indonesia.
29. Membuat masyarakat bertanya, apakah demokrasi yang didengungkan PKS itu benar adanya? Tapi ko ga terlihat bahkan terhadap kadernya sendiri?
30. Saat ini PKS belum punya 'gigi' saja sudah begitu sewenang wenang, bagaimana nanti ketika polisi atau tentara ada di bawah kontrol mereka?
31. Kader PKS bahkan Qiyadahnya harus merenung lagi ttg arti demokrasi, apakah benar2 sudah siap dg perbedaan yg mutlak ada di dalam demokrasi?
32. Jangan sampai budaya kritik dalam demokrasi hanya dipakai untuk Jokowi tapi haram hukumnya untuk Qiyadah.
33. Harakah islam sebenarnya tidak terlalu sulit untuk sampai ke puncak kekuasaan, mereka hanya kurang cerdas berdemokrasi saja.
34. IM pernah menduduki singgasana itu, hanya kemudian tumbang atau sukses ditumbangkan. Kenapa?
35. Karena mereka gagal mengolah perbedaan. Mereka melihat kritikan kawan sebagai ungkapan kebencian.
36. Di sisi lain menganggap gombalan musuh sbg dukungan. IM lebih percaya militer waktu itu yg di kemudian hari justru menumbangkan mereka.
37. Ijtihad2 politik bisa saja salah dan itu wajar, namun menjadi ga wajar jika malas belajar dari kesalahan.
38. Dan menjadi musibah jika keengganan belajar tsb disebabkan kesombongan atau kedengkian. Wallahu alam :)
39. Maaf yah kalau gw nyampein via twitter, krn yang ga faham bkn cuma Qiyadah, tapi kader2 yg suka lewat di TL jg banyak yg ga faham. Sekian.