[portalpiyungan.com] JAKARTA - Banjir dahsyat yang menerjang kawasan elit Jakarta di daerah Kemang, Jakarta Selatan pada Sabtu (27/8) lalu sangat mengagetkan warga.
Salah seorang saksi mata, Zulfani (seorang pembantu/PRT) menuturkan saat air banjir tiba, air tersebut tampak seperti tsunami. Pasalnya, air tiba-tiba saja datang dengan intensitas yang cukup tinggi. Padahal, air biasanya hanya datang secara bertahap. Saat tahu air langsung menggenangi rumah penduduk para penghuni rumah pun langsung berbenah dan mengevakuasi dirinya.
"Sudah seperti tsunami kemarin itu. Tahu-tahu air datang langsung tinggi saja. Mungkin karena kemarin temboknya jebol makanya itu air jadi seperti air bah," tuturnya, seperti diberitakan Sindonews.
Saat ini, dia pun disuruh berada di rumah majikannya di Jalan Kemang VIII untuk membersihkan rumahnya dari bekas-bekas terjangan banjir, sedang majikannya tengah mengungsi di rumah saudaranya.
"Kalau yang lainnya saya tidak tahu mengungsi ke mana, tapi tetangga itu mengungsi ke Apartemen di Prapanca," ujarnya saat berbincang di lokasi, Minggu (28/8/3016).
Tak hanya warga lokal, sejumlah warga dan turis asing ikut jadi korban banjir di kawasan Kemang, Jakarta Selatan.
Seperti dilaporkan VIVAnews, seorang pria asing korban banjir Kemang sempat melontarkan amarahnya.
"My restaurant be drowned (restoran saya tenggelam). This is crazy (ini gila)," ujarnya.
Saat berbincang dengan VIVA.co.id di lokasi, pria yang enggan disebutkan namanya ini menjelaskan bahwa dia merasa telah dirugikan oleh pihak Kemang Village, sebuah pusat perbelanjaan yang terhitung masih relatif baru di kawasan Kemang Raya.
"Ini semua gara-gara Kemang Village. Itu kawasan hijau, daerah bukan resapan air tapi tetap dibangun. Dahulu sebelum dibangun tidak pernah banjir. Setelah ada itu banjir semua," kata pria yang mengaku memiliki sebuah restoran di Jalan Kemang Raya tersebut.
Pembiaran Pemrov DKI
Pengamat perkotaan Yayat Supriatna mengatakan, banjir di Kemang, Jakarta Selatan yang terjadi akhir pekan kemarin diakibatkan adanya perubahan peruntukan bangunan di kawasan tersebut.
Menurut Yayat, Kemang itu dahulunya kawasan perumahan dan pemukiman, tapi kawasan tersebut berubah karena adanya pembiaran pula dari Pemprov DKI Jakarta.
"Berani tidak Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) segel bangunan atau kegiatan usaha yang tak ada izin dan IMB-nya. Artinya ditutup saja kawasan yang merusak itu. Berani tidak lakukan penyegelan? Ya, harus berani dong," kata pengamat perkotaan dari Universitas Trisakti ini, Senin (29/8/2016), kepada Sindonews.
"Masak Ahok bisa dan berani menggusur serta memindahkan yang dipinggir sungai, sedang di Kemang tidak. Ya harus berani dong untuk tegakkan tata ruang dan menutup bangunan yang izinya tak sesuai dan tak ada IMB-nya," tutupnya.