KEMENANGAN HATERS, PELAJARAN BERHARGA JOKOWERS


KEMENANGAN HATERS, PELAJARAN BERHARGA JOKOWERS

Bagi para pemuja presiden Jokowi kritikan yang di alamatkan ke sang presiden baik yang kasar, halus, solutif, atau sekedar iseng disama ratakan, dibungkus dalam kotak diberi label "haters".

Para "haters" ini dianggap musuh pemerintah yang layak dibolduzer, dibully habis, sampai diusir ke negara lain. Negara favorit jokowers buat penampungan haters tergantung latar belakang haters. Bagi haters yang dianggap membawa-bawa masalah agama, disiapkan di negara-negara arab. Pasca kudeta gagal Turki, jokowers dengan suka rela mempersilakan para haters pindah ke Turki. Apa perdulinya jokowers dengan kudeta Turki? Pasalnya ada diantara para haters membanding-bandingkan Pak Jokowi dengan Om Erdogan.

Jokowers ada stratanya. Paling tinggi ada yang jadi wapres, atawa menteri. Di level tinggi ada anggota DPR. Di level menengah ada relawan, seniman, dan media. Di level bawah, yang paling galak dan terkadang tidak sopan adalah pasukan cyber, atawa buzzer.

Ketika berhembus angin kencang perihal dwi kewarganegaraan Arcandra yang menteri ESDM itu, entah kenapa Jokowers lintas level sama galaknya. Memang ada yang agak santai walaupun tetap bermaksud melindungi Arcandra, seperti Wapres, Menhumkam, dan sekretariat negara.

Dari golongan yang galak itu ada AM Hendropriyono pendukung setia Jokowi, mantan BIN. Dalam kulwitnya dia menganggap para haters yang mempersoalkan kewarganegaraan Arcandra sebagai gonggongan orang bodoh. Pak luhut Panjaitan atasan Arcandra walaupun sambil bercanda akan membuldozer siapa saja yang mengganggu Arcandra. Dari level menengah, adalah Sihol Manulang salah satu relawan Jokowi. Setelah Arcandra dipecat, dia menolak anggapan Jokowi kecolongan. Di sebuah stasiun televisi dia malah menuduh Arcandra berbohong.

Media pro Jokowi seperti NKRI today tidak kalah galaknya. Dia menulis,

“Sudahlah, berhenti sok nyinyir. Intinya mayoritas rakyat di negeri ini tak peduli mau ia warga negara Pluto kek, warga negara Neptunus kek, yang rakyat peduli adalah bagaimana perekonomian di negeri ini segera berangsur-angsur membaik.”

“Ada orang cerdas yang rela mengabdikan diri untuk membangun ibu Pertiwi, malah dibully dan dibantai secara berjamaah di media, apa kita mau disebut bangsa plekok”

Para pasukan cyber jangan ditanya lagi. Tanya saja pada Pak Yusril yang menyebut dalam kasus Arcandra pemerintah Jokowi amatiran. Dia diberondong dengan hujatan, cacian yang membuat sakitnya tuh di sini.

Nampaknya Pak Arcandra sudah dibentengi oleh Jokowers dari berbagai strata. Jokowers juga nampaknya yakin betul Pak Jokowi tidak akan ambil perduli kritikan para haters.

Tapi rupanya kali ini bukan hari baik Jokowers.

Tiba-tiba Jokowers terbungkam sejuta bahasa ketika istana mengumumkan pemberhentian menteri ESDM Arcandra. Rupanya kali ini Pak Jokowi mengamalkan kata bijak Ali bin Abi Thalib, “Lihatlah apa yang dikatakan, jangan melihat siapa yang mengatakan.”

Pembelajaran berharga bagi Jokowers. Pujian membabi buta bisa menjerumuskan orang yang dipuji. Sebaliknya, bisa jadi kritikan yang dianggap hanya nyinyiran bisa menyelamatkan orang yang dikritik.

Dan Pak Jokowi lebih memilih mendengarkan para haters. Ayo mau ngebuly lagi, atau masih trauma?

(Bulya Nur)


Baca juga :