HAKEKAT MAKNA (اللهم)


HAKEKAT MAKNA (اللهم)

Kalimat "Allahumma" (اللهم) terdiri dari dua suku kata, yakni lafadz jalalah "Allah" (الله) dan "ma" (م). Kalimat ini biasa diartikan "wahai Allah".

Kata "wahai" dalam bahasa Arab itu disebut juga kalimah nida', atau kata seruan. Ada empat kalimah nida' yang biasa digunakan orang Arab untuk menyeru/memanggil lawan bicaranya, yakni: "ya" (يا), atau "aya" (أيا), bisa juga "ayyuha"(أيها), dan untuk seruan yang mengandung makna penghormatan lebih menggunakan "ya ayyuha" (يا أيها). Semua kata itu sama-sama bermakna "wahai". Kata seruan yang terakhir ini juga biasanya digunakan untuk memanggil satu kelompok. Bukankah dalam tradisi kita juga demikian; semakin banyak orang, sikap dan penghormatan pembicara juga harus lebih.

Selain keempat kata seruan di atas, ada juga satu kata seruan untuk mukhatab (lawan bicara) yang paling dan harus dihormati. Kata seruan itu adalah dengan menambah "mim" setelah nama yang diseru. Kata ini tidak bisa dipakai kepada selain Allah. Karena Dia lah dzat yang paling berhak untuk kita muliakan melebihi apa saja di dinia ini. Dan jika terangkai, kata seruan ini menjadi "Allahumma" (اللهم). Untuk seruan kepada selain Allah, tidak boleh menggunakan kata ini.

Dus, mungkin kita berfikir: kenapa harus menggunakan "mim", kenapa tidak pakai huruf lainnya?

Al-Imam Solahuddin menjelaskan, "mim" disini adalah inisial dari nama nabi Muhammad SAW. Hal ini maksudnya, kita tahu Allah melalui nabi Muhammad. Beliaulah yang memperkenalkan Allah kepada kita selaku umat beliau. Maka jika diartikan secara mendalam, seruan "allahumma" bermakna: "wahai Allah yang aku/kami kenal dari nabi Muhammad SAW. Seruan ini juga meneguhkan diri bahwa kita adalah umat beliau sollallahu alaihi wasallam.

Wallahu a'lam bissawab...

(Ust. Zulfan Syahansyah)

Baca juga :