Foto Aidit di Bandara, KECOLONGAN atau STRATEGI MARKETING PKI?


[by Erwin]

Terkejut membaca berita di Republika online hari ini.

Ada Foto Aidit di Bandara Soekarno-Hatta, PGRI: Kecolongan
http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/16/08/12/obs7a0383-ada-foto-aidit-di-bandara-soekarnohatta-pgri-ini-kecolongan

Saya coba search di image Google: foto dn aidit. Hasilnya seperti pada gambar.

(Gambar atas adalah foto yang ada di terminal 3 Bandara Soetta; gambar bawah adalah hasil search di image Google).

Kok bisa-bisanya wajah pemimpin Partai Komunis Indonesia (PKI) disejajarkan, bahkan diapit, oleh 2 wajah pahlawan yang juga ulama/guru bangsa, yakni KH. Ahmad Dahlan (pendiri Muhammadiyah) dan KH. Hasyim Asy'ari (Pendiri Nahdlatul Ulama)?

Nampaknya pembuat foto tsb paham betul bahwa gambar bisa menyampaikan berjuta pesan, meski tanpa deretan kata dan kalimat.

"PKI tidak punya masalah dengan negara, dan PKI tidak punya masalah dengan ummat Islam".

Begitu kira-kira pesan yang ingin disampaikan melalui gambar tsb.

Tapi seperti kata Bung Karno: "Jangan sekali-kali lupakan sejarah!"

PKI adalah otak dibalik peristiwa pemberontakan G-30S/PKI tahun 1965 yang melakukan pembunuhan secara keji dan biadab terhadap perwira-perwira militer Indonesia, dan beberapa orang lainnya.

Bahkan pada pemberontakan sebelumnya (1948), tidak hanya pejabat dan pegawai pemerintahan, tapi santri dan para ulama juga dibantai secara keji dan biadab oleh PKI dan simpatisannya.

Maka menyandingkan wajah pemimpin PKI dengan wajah Pahlawan dan Ulama sungguh sangat melukai perasaan bangsa dan ummat Islam, yang sebentar lagi akan memperingati 71 tahun kemerdekaan bangsa.

Ini jelas merupakan upaya untuk memanipulasi sejarah, khususnya dikalangan anak-anak muda yang tidak secara langsung mengalami 2 peristiwa pemberontakan PKI diatas.

Saya termasuk yang 'tidak percaya' dgn judul berita di Republika online bahwa kita sekedar "kecolongan" dengan gambar di bandara Soetta tsb.

Bahwa upaya-upaya untuk menghidupkan kembali ajaran dan pengaruh komunis di Indonesia sudah begitu vulgar, massif, terstruktur, dan pastinya terencana.

Sebelumnya kita terkejut ketika pemerintah begitu bersemangat memakai jargon 'Revolusi Mental'. Padahal menurut banyak kalangan, Revolusi Mental merupakan slogan kaum komunis. (http://lingkarannews.com/revolusi-mental-adalah-manifesto-komunis/)

Kaum komunis ini sangat benci dengan agama. Makanya selain melecehkan agama, mereka senantiasa berusaha menghilangkan pengaruh agama dalam kehidupan. Agama adalah candu, kata bapak meraka, Karl Mark. (Masih ingat dong rencana penghapusan kolom agama di KTP).

Kemudian kita juga menyaksikan begitu massifnya gambar PALU-ARIT yang merupakan logo PKI, ditengah-tengah kita beberapa waktu lalu. Apa reaksi pemerintah? Coba simak:

Luhut Minta Aparat Jangan Berlebihan Tindak Pengguna Logo Palu-Arit
(http://www.republika.co.id/berita/nasional/politik/16/05/10/o6x8n0335-luhut-minta-aparat-jangan-berlebihan-tindak-pengguna-logo-paluarit)

Dan kini, wajah tokoh komunis dimunculkan dan disandingkan dengan wajah ulama dan pahlawan bangsa.

Pernah dong melihat iklan sebuah produk di media massa, baik itu media cetak, media elektronik, atau media online? Setiap iklan yang baik pasti memuat 3 hal: slogan (tagline), brand (logo), dan bintang iklan (tokoh).

Kemudian coba kita bandingkan dengan strategi pemasaran PKI saat ini. Sudahkah ke 3 hal tsb dimunculkan?

Satu-satunya benteng konstitusi yang masih kita miliki saat ini adalah TAP MPRS XXV/1966 tentang Pelarangan Ajaran Komunisme, Marxisme, dan Leninisme. Dan diperkuat dengan TAP MPR I/2003.

PERTAHANKAN.....!!!!

Meski ada pihak-pihak tertentu yang berusaha mencabutnya.

Anggota DPR dari PDIP: Cabut Tap MPRS tentang Pelarangan PKI dan Ideologi Marx-Leninisme
(http://m.voa-islam.com/news/indonesiana/2014/08/20/32339/anggota-dpr-dari-pdipcabut-tap-mprs-tentang-pelarangan-pki-dan-ideologi-marx-leninisme/)

#‎SaveNKRI‬


Baca juga :