Cak Alif, Sejak Kapan Sampeyan Diangkat Tuhan Sebagai Supervisor Do'a?!


Cak Alif, Sejak Kapan Sampeyan Diangkat Tuhan Sebagai Supervisor Do'a?!
[Catatan atas artikel: "Ketika Setan Pimpin Doa di Gedung MPR" oleh Alifurrahman S Asyari]

by: Tara Palasara

Salah satu fenomena menarik di era Pemerintahan Jokowi ini adalah munculnya para BUZZER di MEDIA SOSIAL yang sedemikian fanatik dan loyal dalam membela kebijakan pemerintah.

Banyak rumor yang menyatakan bahwa para buzzer itu memperoleh bayaran (setidaknya mendapat dukungan dana) atas aktivitas yang dilakukannya. wallahua'lam.

Tapi adalah sebuah fakta bahwa Pak Jokowi sendiri memang ada kesan "memelihara" para buzzer, terbukti dengan diundangnya Netizen dari berbagai jenis media sosial seperti Facebooker, Youtuber, Seleb Twit dan Kompasioner UNTUK MAKAN SIANG DI ISTANA.

Dari penelusuran singkat atas akun-akun milik para buzzer, SEMUANYA ADALAH PENDUKUNG BERAT Pak Jokowi yang itu ditunjukkan dengan "buah karyanya" (kicauan, status, artikel, video) YANG RELATIF MEMBELA HABIS-HABISAN Pak Jokowi dan Kebijakannya.

Yang memiriskan hati adalah ternyata memang tidak ada batasan jelas, buzzer yang gimana yang diundang di istana, terbukti ada akun-akun yang status-statusnya adalah AJS = Asal Jokowi Senang (minim data, minim fakta) bahkan ada yang pernah sampai memelintir Hadits Nabi (guna mendukung status pembelaannya kepada Pak Jokowi) tapi juga di undang ke Istana. Apakah itu sebagai "upah" kepada yang bersangkutan karena getol membela Pak Jokowi di media sosial??? entahlah :)

Dan termasuk juga Saudara Alifurrahman S Asyari.

Yang bersangkutan nyaris pernah debat dengan saya di sebuah lapak tentang Hutang Pemerintah Indonesia, namun berujung kepada pemblokiran. Dengan gagah berani dia memblokir saya, kemudian berkoar-koar di lapaknya bahwa dia menang atas saya, he.he..he... Lhoh, tapi kenapa nyaris? iya... nyaris berdebat karena perdebatan itu tidak pernah terjadi... dalam beberapa komentarnya, dia hanya mengumbar kata "celaan" seperti SAPI, KUDA, dll... (yang itu memang kerap ditujukan kepada para kritikus Pemerintah Jokowi, padahal saya sendiri bukan kader Partai PKS atau Partai Gerindra yang kerap dibully dengan kata-kata sapi dan kuda).

Sdr. Alif yang mengklaim dirinya sebagai Analyst dan Pemikir ini adalah termasuk salah satu netizen yang paling rajin dan getol membuat status pembelaan kepada Pak Jokowi. Hampir untuk setiap kebijakan pemerintah Jokowi yang menjadi perbincangan publik, dia pasti tampil di garda terdepan guna memberi penjelasan/pembelaan. Kadang saya mikir... kok ngalah-ngalahi Menseskab Pramono Anung, Mensesneg Pratikno dan Juru Bicara Kepresidenan Johan Budi ya? he.he.. :D seiring dgn maraknya pengangkatan Duta-Duta dari sosok kontroversial (Duta Pancasila - Zaskia Gothic dll), mudah-mudahan Saudara Alif diangkat menjadi Duta Media Sosial :)

SAYANGNYA....

Sayangnya, acapkali Sdr. Alif ini bertindak melampaui batas yaitu apa yang ditulisnya sangat kontras jika dibanding dengan pengakuannya yang seorang analyst dan pemikir. Beberapa tulisannya terbukti asbun = asal bunyi! Apalagi kegemarannya mencantumkan kalimat "menurut informan seword" seolah ingin menunjukkan bahwa dirinya mempunyai akses informasi A1 dari Ring 1 Istana atau beberapa tokoh sentral lain sebagai upaya branding atas dirinya bahwa dirinya hebat karena mempunyai kedekatan dengan Orang-Orang Penting di Republik Ini. NOTE: Seword adalah situs web yang dia kelola sebagai corong pembelaan pemerintah.

Yang kemudian menjadi fatal adalah tidak sekali dua kali, artikel/status dari Sdr. Alif (yang diantaranya mencantumkan keterangan dari "informan seword") itu salah total (bahkan menyesatkan) dan puncak dari keblingeran adalah kok bisa-bisanya (beberapa) artikel asbun itu dipercaya dan dishare oleh follower yang bersangkutan. Catatan: biasakan untuk menelaah terlebih dahulu status sebelum mempercayai hingga men- sharenya, pun itu status-status saya, tks.

Satu contoh artikel salah kaprah dari Sdr. Alif adalah tentang kewarganegaraan Archandra Thahar sebagai berikut:

Membantah Isu Menteri Archandra Warga Negara Amerika
http://seword.com/politik/membantah-menteri-archandra-warga-negara-amerika/

TERBUKTI bahwa Archandra Tahar dicopot dari jabatannya dan Kemenkumham akan segera memproses kewarganegaraan Pak AT.

Kemenkumham Urus Mekanisme Status Kewarganegaraan Arcandra
http://nasional.kompas.com/read/2016/08/17/14170341/kemenkumham.urus.mekanisme.status.kewarganegaraan.arcandra

YANG MENYEDIHKAN ADALAH...

Yang menyedihkan adalah, sudah beberapa kali melakukan tindakan blunder dan memalukan, bukannya membuat Sdr. Alif mawas diri untuk kemudian memperbaiki kwalitas atikel/statusnya... TETAPI SEMAKIN LIAR dan MEMBABI BUTA terhadap peristiwa yang dia anggap berseberangan dengan Pemerintah Jokowi.

YANG TERBARU serta FENOMENAL...

Yang terbaru serta fenomenal dan membuatnya terkenal di seantero jagad medsos adalah artikelnya yang berjudul:

Ketika Setan Pimpin Doa di Gedung MPR
http://seword.com/umum/ketika-setan-pimpin-doa-di-gedung-mpr/

Note: saya turut bantu agar ybs. makin kokoh ketenarannya, dengan demikian semoga bisa tampil terkesan lebih heroik dalam membela Pak Jokowi. Silahkan klik situsnya :D

ATAS ARTIKEL DI ATAS, saya tertegun dan penasaran, sejak kapan Saudara Alif diangkat oleh Tuhan sebagai supervisor atas do'a yang dipanjatkan oleh hambaNYA, sehingga kok sampai berani-beraninya lancang memberi label bahwa yang memimpin do'a di Gedung DPR/MPR kemarin dulu adalah Setan???! Siapa yang menandatangani Surat Keputusan (SK) Supervisor Do'a atas diri Sdr. Alifurrahman S Asyari???! mudah2an tidak muncul klaim bahwa yang tanda tangan SK adalah Malaikat Jibril dan diketahui oleh Tuhan...

Do'a itu adalah ranah ilahiyah sebagai materi komunikasi vertikal antara hamba dengan Sang Khaliq. Dalam Al Qur'an dan Hadits memang terdapat tuntunan adab mengenai do'a, akan tetapi tidak pernah ada klausula yang memberi kewenangan kepada hamba untuk memberikan stigma kepada sesamanya (sesama hamba) atas do'a yang dipanjatkan.

Bahwa, Sdr. Alif ingin memberikan catatan atas peristiwa (berdo'a) itu ya boleh-boleh saja apalagi do'a itu dipanjatkan dalam acara kenegaraan (domain publik), akan tetapi tidak lantas bisa seenak-enaknya menghujat bahwa yang memimpin do'a adalah setan.

Penegasan: dalam artikel, setan ditulis secara lugas tanpa ada tanda petik (") itu menunjukkan maksud yang sebenarnya, bukan makna kias.

Apalagi karena ini masuk kedalam tema agama, AYAT QUR'AN MANA dan HADITS NABI MANA YANG DIJADIKAN RUJUKAN UNTUK MENDUKUNG KELANCANGAN Sdr. ALIF? Saya tidak menemukan kutipan di artikelnya.

Saya sendiri setelah sekilas membaca transkrip do'a yang dibaca oleh Bp Muhammad Syafi'i, tidak ada menemukan kesalahan, apalagi jelas-jelas do'a tersebut tidak menyebut nama Pak Jokowi yang itu bisa diartikan sudah memberikan stigma. Bahwa do'a tersebut kurang afdhol.. atau kurang layak.. wallahua'lam, saya tidak ingin masuk kedalam perdebatan itu karena akan menjadi sangat subyektif sekali.

Dan catatan terakhir saya terhadap Sdr. Alif adalah ambiguitas yang sangat kontradiktif dalam artikelnya.

Disatu bagian dia menyebutkan bahwa:

"Dalam Islam, mengeluh kepada Tuhan itu dibolehkan. Berdoa sambil mengeluh atau sebaliknya juga ada yang membolehkan"

TETAPI di bagian lain dia menulis:

"Satu faktor yang membuat saya menyebut ini tidak layak disebut doa karena 80% materi yang diucapkan adalah keluhan, bukan doa atau permintaan"

Gubrakkk... ! Yang bersangkutan sendiri yang menyebutkan bahwa dalam Islam mengeluh kepada Tuhan itu boleh, TAPI KOK berani-beraninya dia membuat fatwa bahwa do'a Pak Syafi'i itu tidak layak disebut sebagai do'a karena 80 % materi adalah keluhan.... Anda sehat, Cak Alif?

Sepertinya, Pak Jokowi memang perlu untuk mengundang lagi Sdr. Alif ini, makan siang ke Istana biar kepakarannya pulih kembali. ATAU barangkali mau saya antar untuk piknik guna refreshing??? Nanti kita bawa air putih yang banyak :)

PENUTUP: berekspresi itu adalah hak setiap warga negara termasuk berkepresi di media sosial. Dalam hal ekspresi pembelaan kepada pemerintahan yang sedang berkuasa, tak perlulah sebegitu lebay dan membabibuta. Nalar, akal sehat dan hati nurani tetep mesti digunakan!

*Sumber: fb Tara Palasara


Baca juga :