Ahok, Proyek Liberalisasi Islam yang Akan Kembali Gagal


[By Teuku Zulkhairi]

JAUH sebelum fenomena Ahok, Indonesia sudah "diterjang" proyek liberalisasi Islam yang tidak lain adalah lanjutan kapitalisme atau penjajahan. Proyek Liberalisasi Islam dijalankan seiring dengan proyek lainnya, yaitu proyek deradikalisasi yang ditujukan bagi mereka yang melawan proyek liberalisasi Islam ini.

Inti dari proyek tersebut adalah bagaimana agar umat Islam bisa ber Islam sesuai selera para bangsa kapitalis dan korporasi global tersebut. Dengan kata lain, kaum kapitalis ingin melihat Islam seperti yang mereka harapkan. Sesuatu yang wajar dalam perspektif tatanan dunia baru mengingat hegemoni mereka dalam dunia militer dan peradaban.

Sebelum Ahok muncul, salah satu gagasan yang dikampanyekan di tengah tengah muslim adalah tentang bolehnya non muslim memimpin ummat Islam, yang dalam perkembangan kemudian gagasan ini berubah menjadi kampanye "pemimpin non muslim lebih baik dari muslim".

Dalam perkembangannya kemudian, kampanye ini berubah menjadi semakin lancang dengan jargon baru mereka bahwa "non muslim yang tidak korup lebih baik dari muslim yang korup".

Di tengah jalan proyek liberalisasi Islam gagal, meskipun tidak sepenuhnya. Kegagalan proyek tersebut ditandai dengan gagalnya aktivis Islam liberal menguasai mesjid.

Di sini pesantren dan aktivis Ormas Islam berperan sebagai benteng.

Dan kini, berkat Ahok, proyek tersebut semakin menunjukkan kegagalannya dengan ketidakmampuan mereka menjelaskan bahwa non muslim lebih baik dari muslim dalam urusan memimpin. Jargon "non muslim lebih baik" terpatahkan dengan cepat oleh data dan fakta lapangan. Umat Islam kembali merindukan sosok pemimpin muslim yang santun dan jujur.

Tujuh partai di Jakarta sepakat menolak Ahok. Hal ini tentu saja karena mereka melihat umat Islam di Jakarta yang semakin konsisten menolak Ahok, akibat keserakahan dan kecongkakannya. Alhamdulillah.

Syarat santun yang diajukan tujuh partai ini dengan sendirinya telah mengeluarkan Ahok dari kriteria. Ini bukti liberalisasi Islam telah gagal.

Tujuh partai ini justru melirik Risma, seorang muslimah yang shalihah yang dibuktikan dengan konsistensinya berjilbab, pakaian muslimah. Risma akan diduetkan dengan Sandiaga Shalahuddin Uno, seorang pengusaha muslim yang termasuk dalam nama-nama yang direkomendasikan para ulama dan Habaib di Jakarta.

Secara kalkulatif, sikap tujuh partai ini sudah mewakili keinginan umat Islam di Jakarta. Nah sekarang mari berdo'a untuk Jakarta yang ramah pribumi... Amiin.[]


Baca juga :