Selalu Disalahkan Rezim Jokowi, Ini Jawaban SBY

[portalpiyungan.com] Pemerintah mengakui, keputusan membuka import daging sapi beku, tak mampu menurunkan harga daging segar. Lantaran masyarakat lebih memilih beli daging sapi lokal ketimbang impor.

Menko Perekonomian, Darmin Nasution menuturkan, pasar komoditas daging memang terlihat tidak utuh. Pasar daging beku impor kenyataannya hanya direspons sejumlah konsumen.

"Ada pasar daging impor beku, belum menyatu benar dengan pasar daging segar," kata Darmin seperti dikutip Jumat, 8 Juli 2016.

Menko Darmin menyatakan, sejak daging sapi impor yang dibandrol Rp 80 ribu per kilogram, harga daging sapi lokal tak bergerak turun. Bahkan ada tren terus naik sampai Lebaran tiba. Bahkan setelah Lebaran kedua, harga daging sapi bertahan mahal.

Pemerintah, diakui Menko Darmin, telah memproyeksikan harga daging sapi lokal secara perlahan akan stabil dengan masuknya daging impor. Hanya saja, proyeksi itu berlawanan dengan kenyataan di lapangan. harga daging sapi lokal cenderung terus naik, lantaran terjadi lonjakan permintaan.

"Harga daging (lokal) di Pasar Jaya masih Rp120 ribu per kilogram, tapi kalau daging beku Rp75 ribu sampai Rp 80 ribu per kilogram. Kenapa kok tidak dia dorong harga ke tengah? Mestinya begitu," tutur Darmin keheranan.

Mantan Gubernur Bank Indonesia ini pun menyalahkan pemeintahan SBY yang menutup kran impor daging sapi.

Darmin mengatakan, periode pemerintahan sebelumnya, melihat konsumen memang tidak menyukai daging sapi beku. Namun, persoalan selera tetap akan membentuk klasifikasi harga yang berbeda.

Bukan kali ini saja, Pemerintahan SBY dituding sebagai penyebab kegagalan pemerintahan Jokowi memenuhi janji-janjinya.

Sebelumnya, dalam kasus pembangunan jalan tol, Jokowi menyalahkan pemerintahan SBY. Menurut Jokowi, jika saja jalan tol Brebes-Pemalang dikerjakan 8 tahun yang lalu, maka tahun ini sudah bisa dioperasikan maksimal sehingga mencegah terjadinya kemacetan panjang.

Belum lagi persoalan pembangunan infrastruktur jangka panjang lainnya, yang pada era SBY masih dalam tahap feasibility study.

Atas tudingan-tudingan tersebut, SBY menjawab singkat.

"Bagi yang ingin terus salahkan pemerintahan yang lalu, alamatkan saja kepada saya. Saya pemimpin dan saya bertanggung jawab," demikian tegas SBY.

Pernyataan SBY ini justru menunjukkan siapa pemimpin bangsa yang sesungguhnya. Sebagai presiden yang kini mengemban amanah untuk mensejahterakan rakyat, Jokowi justru gemar menyalahkan pihak lain, terutama pemeritahan sebelumnya. Hal ini berbeda dengan SBY yang justru menyatakan berani bertanggungjawab atas segala tudingan Jokowi dan tidak balik menyalahkan pemerintahan Jokowi yang sebenarnya baru menginisiasi 1 proyek infrastruktur sepanjang 2014-2016 ini.


Baca juga :