by Syafruddin Ramly
Terkadang, banyak unsur-unsur pendukung yang terdapat pada berbagai perayaan dan seremonial -yang kalau kita saklek- kita anggap tidak islami. Berapa juta harus dikeluarkan untuk banner dalam perayaan tertentu, cetak undangan, dekorasi-dekorasi, dan lain-lainnya yang seringkali menghabiskan banyak duit pada setiap seremonial dan perayaan. Coba dana-dana itu dikasih anak yatim, kan islami! He he...
Itu juga kalau kita saklek.
Dentuman mercon itu adalah tradisi zaman dulu yang masih kita warisi. Bahkan sebenarnya, perayaan Umat Islam dahulu dirayakan dengan suara dentuman yang lebih menngelegar, karena menggunakan meriam, yang tidak ada apa-apanya dibandingkan mercon. Dimasa-masa umat ini jaya, tembakan meriam senantiasa menghiasi semua perayaan Umat Islam, baik pada Idul Fitri, berbuka puasa, atau saat sebuah wilayah kafir berhasil ditaklukkan, atau saat benteng kafir berhasil ditaklukkan, gelegar marian sebagai simbol kemenangan dan kesuksesan.
Di setiap acara-acara perayaan dan kemenangan termasuk dalam pesta pernikahan tidak pernah lepas dari suara tembakan dan dentuman meriam. Dan tidak ada pihak-pihak yang berani buka mulut melabelnya sebagai keributan. Tapi sekarang umat lagi terinjak dan miskin, ditambah pula umat lupa dengan sejarahnya, sehingga suara petasan dengan suara yang 'seuclit' dianggap keributan!