Eks Relawan Jokowi: Lalai Mu Merenggut Hidup Pemudik


[portalpiyungan.com] Eks relawan Jokowi, Ferdinand Hutahaean mengatakan, tradisi mudik bagi masyarakat saat Idul Fitri bukanlah tradisi yang baru terjadi di era Jokowi atau baru terjadi tahun ini.

Menurutnya, tradisi mudik sudah terjadi puluhan tahun dan menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia yang beragama Islam.

Mudik, kata dia, menjadikan pergerakan angkutan umum darat, laut dan udara ke seluruh penjuru meningkat.

Puluhan juta manusia melakukan perjalanan mudik dalam satu waktu bersamaan. Mengutip pendapat Dr Syahganda Nainggolan menyatakan ‘mudik menunjukkan bahwa Pribumi masih ada di negara ini, selagi ada mudik maka kata Indonesia Asli tidak layak dihapusksn dari UUD 45’

Mensikapi tradisi mudik di pulau Jawa tahun ini, lanjut dia, terasa sangat berbeda dari tahun sebelumnya.

Perbedaannya, sambung dia, bukan karena terjadi peningkatan mudik besar-besaran hingga macet lebih parah dari sebelumnya.

“Tetapi mudik kali ini menjadi berbeda karena atas nama kerakusan kapitalisme dan nafsu eksploitasi masyarakat maka digiringlah pemudik yang puluhan juta itu masuk secara bersama-sama kedalam sebuah jalan tol yang menjadi tenar dengan nama Brexit (Brebes Exit) mengikuti kata Brexit atas keluarnya Inggris Raya dari Uni Eropa,” tandas Ferdinand di Jakarta, Rabu (6/7/2016).

“Brexit menjadi ladang penyiksaan bagi pemudik, jalan tol Brebes menjadi bukti nyata bahwa kita sedang terjajah, Terjajah oleh kapitalisme dan nafsu exploitasi negara terhadap rakyatnya,” imbuh dia.

Sebab, kata dia, Pribumi terjajah oleh keserakahan asing, terjajah oleh kebijakan pemerintah yang menjadikan segala kehidupan berbayar bagi rakyat.

“Kebijakan yang menjajah itu telah mengakibatkan jalan tol Brexit tidak manusiawi, pemudik disiksa hingga terpaksa makan tidur, buang air besar dan kecil serta sholat dijalan tol. Yang lebih meyedihkan adalah kondisi tersebut hingga merenggut nyawa pemudik belasan orang. Tercatat terakhir sudah 18 korban meninggal karena tersiksa di jalan tol Brebes,” geram dia.

Padahal sebelumnya, ungkap dia, presiden menyatakan sudah mengantisipasi akan hal tersebut tapi tidak melakukan apa-apa. Akhirnya hari kemenangan berubah menjadi hari penjajahan bagi pemudik.

“Apakah hal ini harus terjadi? Sesungguhnya hal tersebut tidak perlu terjadi andai kebijakan pemerintah berhenti mengeksploitasi rakyatnya. Hentikan jalan tol atas nama infrastruktur, mestinya pemerintah membangun jalan bagi rakyat tanpa harus mengexploitasi rakyatnya. Jalan tol itu bukan milik negara tapi milik kapitalis yang menjajah. Kewajiban negara diserahkan kepada swasta dan asing, ini pelanggaran kepada konstitusi,” tegasnya.

Dengan demikian, terang dia, daftar gagal Jokowi bertambah pada lebaran kali ini, gagal mengelola lalu lintas mudik yang sudah berlangsung puluhan tahun.

“Pak Presiden Jokowi, tanpa meminta maaf saya ucapkan Selamat Idul Fitri, lalaimu merenggut hidup pemudik,” sindirnya. (TS)

Baca juga :