Surga Yang Hilang
Negeri ini bak surga. Mengalir ribuan sungai dan tumbuh ribuan jenis pohon dan bunga. Laut luas dengan ribuan jenis Ikan dan kekayaan lainnya. Perut buminya bercokol jutaan barel minyak mentah, bertonton emas, gas dan batubara.
Negeri kaya, seharusnya rakyatnya sejahtera dan bangsanya berjaya.
Kini yang dirasa anak bangsa. Bukan surga. Tapi derita. Kekayaan negeri hanya dinikmati segelintir manusia.
Negeri ini carut marut. Kepala jadi lutut. Lutut jadi sikut. Tak tahu siapa yang diikut. Asal bapak manggut manggut, semua nurut. Semua jadi penakut.
Semakin ke sini semakin jelas apa maumu. Wajahmu lugu, tapi kelakuanmu lebih menyakitkan dari pendahulu pendahulumu.
Semua nilai terjungkir balik. Yang buruk jadi baik. Yang baik jadi tidak laik.
Di mana slogan pro rakyat yang pernah kau teriakan. Di mana hidup sederhana yang pernah kau koar-koarkan. Mana janji janjimu yang pernah kau ucapan.
Membela rakyat hanya retorika. Dipakai bila butuh suara. Setelah suara didapat, semua tinggal cerita.
Korupsi di Sumber Waras ratusan milyar jelas, dibiarkan merdeka. Sementara Saiful Jamil yang cuman ratusan juta, belum jelas, siap jadi tersangka.
Ini bentuk sandiwara, yang semua orang bisa baca. Karena terlalu nyata. Bak menutup sinar matahari dengan selembar kain kasa.
Penegakkan perda dianggap masalah dan dosa. Sementara penggusuran warga didiamkan saja.
Komunis dan sparatis dibiarkan bercokol dan bergerak bebas. Sementara simbol dan syiar islam dibiarkan dihina dan pelakunya tak diusut tuntas.
Dari kertas Al Quran dibuat trompet, menari nari di atas sajadah karpet, suara azan mengiringi nyanyian gereja si Butet, Lantunan ayat Alqur'an dengan Langgem Jawa yang bikin empet, sampai slogan wajib menghormati mereka yang tidak puasa, preeett.
Ingat, sepandai apa pun kau berhias, pasti ada hari naas.
Sepandai apapun kau bersandiwara, suatu saat pasti kena getahnya.
Sepandai apa kau berakting, ada saatnya kau terpelanting.
Sepandai apa kau bungkam media, ada cara lain bagi Allah membongkar berita.
Sepandai apa kau bertopeng, satu saat kan terlihat wajahmu yang bopeng.
Bumi ini bak sebuah desa yang sempit. Semua informasi bisa terungkap walau sebesar selilit. Terlalu kecil tuk bersembunyi dan berkelit.
Ada yang tak bisa dilawan yaitu usia. Sebesar apapun kau berkuasa, masih hebat Fir'aun di zaman Musa. Tapi bersama berlalunya masa, Fir'aun pun binasa.
Sebanyak apapun kau punya harta, Qarun masih lebih kaya. Diapun mati hanya tinggal kisah dari orang orang berdosa.
Sekuat apa kau punya balatentara, Hamman lebih kuat bala balatentaranya. Tapi toh binasa juga, tenggelam bersama Fir'aun dan pasukannya.
Sungguh hal itu mudah bagi Allah. Sebab Dia Maha Perkasa lagi Maha Gagah.
22 Juni 2016 M / 17 Ramdhan 1437 H
-Komiruddin Imron-