Sultan Erdogan dan Talenta Kepemimpinan


"Saya tegaskan pada Jerman dan Uni Eropa. Apakah kalian berniat menyelesaikan problem antara kita dengan adil? Jika tidak. Turki tidak akan pernah lagi membantu Eropa menyelesaikan krisis yang mengancamnya." (Sultan Erdogan)

"Parlemen Jerman, disayangkan meratifikasi kebohongan sejarah." (Ben Yildrim, PM Turki)

Dua nahkoda yang kini memimpin Turki. Tegas. Lugas. Percaya diri. Keduanya memiliki kesamaan style dan gaya kepemimpinan. Ben Yildrim kini menambah ketakutan Rusia yang menyebutnya "keras kepala" tak jauh beda dengan Erdogan.

Erdogan dan Ben Yildrim adalah dua sosok yang memiliki kecakapan dan sukses melakukan perubahan besar-besaran. Ben Yildrim adalah "bapak insiyur Turki", yang sukses membangun infrastruktur Turki di segala medan.

Keduanya sukses memadukan "Leadership is a half talent, a half journe" (Kepemimpinan itu separuh bakat, separuh perjalanan). Kalau enggak bakat, sampai mati juga enggak akan bisa (memimpin). Walaupun ia terpilih jadi top pemimpin partai atau presiden sekalipun.

Kepemimpinan menurut Ignasius Jonan, "Banyak orang pintar. Tapi belum tentu dari semua yang pintar-pintar itu cakap memimpin dan mengkoordinasikan sebuah tim kerja, lalu membawa perubahan."

AlQuran surah At-Taubah ayat 122 menyebutkan, "Tidak sepatutnya mukminin terjun semua ke medan perang. Harus ada sebagian dari mereka yang tinggal untuk memperdalam ilmu keagamaan dan memberi peringatan pada kaumnya."

Itulah yang dilakukan Rasulullah SAW. Sahabat yang memiliki kapasitas memimpin dan bersiasat ditunjuk menjadi panglima perang. Sedangkan sahabat yang memiliki minat mendalami ilmu diberi tempat di masjid. Sahabat yang berpotensi di dunia riset, diberikan posisi meneliti "otak" penguasaan ekonomi dan sains militer Yahudi.

Jadi. Mudah saja mengukur kadar kapasitas kepemimpinan seseorang. Perhatikan gaya bicara dan pilihan diksi. Kita bisa menebak kadar kepemimpinan seorang Presiden Jokowi dengan seorang Walkot Ridwan Kamil misalnya. Kita pun bisa membedakan kadar kepemimpinan Ketum PDIP dengan kader PDIP Bu Risma. Hanya nasib dan nasab saja yang membedakan keberuntungan keduanya.

Jadi jika ada pemimpin negara atau pemimpin partai masih membicarakan remeh temeh dan ramah tamah. Sepatutnya belajar kepada Presiden Erdogan dan Ketum AKP ben Yildrim. Jika tak memiliki talenta. Ada baiknya membuka diri untuk belajar. (Nandang Burhanudin)


Baca juga :