Harian Watan Turki merilis, bahwa setelah hubungan diplomatik dan bisnis dengan Israel vakum selama 6 tahun. Kini Turki siap membuka diri, terutama setelah Israel menyanggupi untuk mencabut isolasi terhadap Gaza. Sebagaimana Turki menolak permintaan Israel untuk menutup biro militer dan perwakilan HAMAS di Turki.
Israel pun menyetujui pembangunan pelabuhan Gaza. Hanya menurut Times of Israel, Turki menerima syarat pembangunan pelabuhan yaitu:
1. Berjarak 4,5 km dari pesisir Gaza.
2. Pelabuhan merupakan pulau buatan, dilengkapi dengan terminal listrik dan kemungkinan di masa datang akan dibangun bandara.
3. Pelabuhan dikelola oleh otoritas Palestina, sedang keamanan dikawal oleh pihak Israel.
Bagi saya yang hanya mampu menyebarkan berita baik soal perjuangan Sultan Erdogan dan Turki, tentu menyambut baik perkembangan sementara di atas. Hal yang maksimal dibanding dengan klaim pengibar bendera dan pejuang toa tentunya.
Khalid Misy'al yang diterima khsusus Sultan Erdogan, pun menyambut baik strategi Turki tersebut. Bagi rakyat Palestina, jasa Tuan Erdogan sangat berlebih dibanding saudara Arab, semisal Mesir dan Emirat.
(Baca: Hamas Berterima Kasih pada Turki atas Pembicaraan dengan Israel)
Jangan lupa. Tuan Erdogan yang mengirimkan Menlu ke Gaza bersama PM Mesir Hisyam Qandil di era Presiden Mursi. Perbatasan dibuka 24 jam. Bantuan Turki dan dunia mengalir deras. Faktanya, HAMAS bisa memiliki persenjataan dan bahan peledak canggih. Semua sudah paham dari mana sumbernya.
Kalangan yang antipati dengan Tuan Erdogan, adalah kalangan yang antipati dengan Presiden Mursi. Mereka pula yang mendukung kudeta dan memuji-muji As-Sisi. Bagi mereka. Mursi sudah berakhir. Tanpa perlu merasa bersalah. Kini yang tersisa, tinggal Tuan Erdogan. Wajar apapun hal negatif soal Tuan Erdogan, menjadi isu renyah untuk digoreng. Lalu hasilnya dinikmati Inggris dan Israel. Mereka pun bisa bebas lenggang kangkung, tak tersentuh di manapun. Semoga paham. (Nandang Burhanudin)