[portalpiyungan.com] Jum’at (10/6), Presiden RI ke-6 yang juga Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengadakan buka bersama dan silaturahmi bersama jajaran Partai Demokrat di kediamannya, di Cikeas, Bogor, Jawa Barat.
Usai berbuka puasa bersama dan salat berjamaah, SBY menyampaikan refleksi ramadhan situasi nasional saat ini yang diberi judul "REFLEKSI RAMADHAN TENTANG SITUASI KEHIDUPAN NASIONAL SAAT INI".
Ada 7 point refeleksi yang disampaikan SBY seperti diposting di laman fanpagenya, yatiu:
(1) Situasi perkonomian kita saat ini
(2) Kondisi kehidupan masyarakat dari aspek sosial dan ekonomi
(3) Wajah keadilan dan penegakan hukum kita
(4) Kedaulatan partai politik dan isu intervensi kekuasaan
(5) TNI & Polri dalam kehidupan bernegara dan pelaksanaan tugas pokoknya
(6) Isu tentang gerakan komunis di Indonesia dan potensi terjadinya konflik horisontal
(7) Peran pers dalam kehidupan demokrasi dan pembangunan bangsa.
Ada sebuah pernyataan yang sangat menarik dari SBY saat membahas soal Situasi perkonomian saat ini.
SBY menyatakan: "Pantauan kami, Presiden Jokowi tidak lagi obral dengan janji-janji baru beliau, terutama yang membawa kosekuensi pada keuangan negara dan APBN. Kami menduga, beliau sungguh menyadari bahwa ditengah perekonomian yang melambat saat ini ruang fiskal kita semakin sempit, dan menjalankan pemerintahan memang tidak mudah."
Ini adalah kalimat sindiran yang menunjukkan bahwa dahulu Jokowi terlalu banyak obral janji terutama saat pilpres yang tidak mengukur dengan keadaan keuangan negara dan APBN. Ingat omongan "Dananya ada... dananya ada"? Ingat juga janji Jokowi "tidak akan utang", juga omongan "Indonesia harus berani stop impor sapi".
SBY juga mengatakan "Kami meduga, beliau sungguh menyadari bahwa ditengah perekonomian yang melambat saat ini ruang fiskal kita semakin sempit”, kalimat tersebut SBY hendak menjelaskan bahwa situasi ekonomi Indonesia saat ini tengah alami perlambatan dan tidak ada ruang fiskal yang cukup. Hal yang seharusnya sudah disadari Jokowi. Tapi SBY baru "menduga" Jokowi paham situasi ekonomi. Tapi beneran paham apa enggak, ya gak tau. Yang penting jangan lagi "ra mikir.... ra mikir".
Serta kalimat terakhir SBY: "menjalankan pemerintahan memang tidak mudah", jelas kalimat terakhir ini sangat menohok!
Ini adalah pesan khusus kepada Jokowi; SBY memberitahukan bahwa memimpin sebuah negara itu butuh kapasitas, tak cukup pencitraan, karena persoalan yang dihadapi dalam mengelola NEGARA itu sungguh sangat komplek. Kalau mengelola tingkat GUBERNUR PROVINSI saja masih tidak becus, banyak mangkrak, banjir macet tak mampu diatasi, terlebih persoalan NEGARA dengan 255 juta penduduk.
SBY sebagai presiden keenam sedang memberikan pengetahuan visi nya melihat situasi bangsa saat ini, yang menjadi pesan tersendiri bagi Presiden Jokowi.