by Canny Watae
Sedang digembar-gemborkan aksi Jokowi di perairan Natuna. Dibumbui pose di depan peluncur roket kapal tempur (semoga komponen elektronik pemicu roket itu tidak ada yang "Made in China"). Jokowi dikabarkan memimpin rapat kabinet terbatas di atas kapal... cie cie cie... Istana pun sibuk kirim rilis ke media-media besar asing. Para pesorak medsos pun bergirang, menyebar kabar itu, tanpa mungkin tidak mengerti isi berita yang dalam bahasa Inggris itu. Sangat kecil kemungkinan pula bisa menganalisis isi berita dengan pisau bedah text analysis.
Sadarkah Jokowi kalau ia baru saja mengeskalasi (meningkatkan) status konflik kita dengan China? Sadarkah Jokowi bahwa ia baru saja "buka harga" dengan China, satu-satunya Negara di Asia yang punya kekuatan untuk mempertahankan dan mewujudkan argumennya baik secara ekonomi maupun "by military action"? Pemegang Hak Veto di PBB pula.
"Konflik" di kawasan perairan Natuna sejauh ini baru pada tingkat "insiden". Insiden terakhir, sebagaimana yang kita ketahui bersama adalah urusan dengan "pencuri ikan". Bagaimana dengan China Coast Guard yang gentayangan yang biasanya muncul kapan saja nelayan mereka diringkus sebagai "pencuri ikan"?
Tahu nggak ya Jokowi apa itu China Coast Guard?
China Coast Guard BUKAN-lah cabang militer. CCG ini adalah sebuah unit pada semacam Kementerian Kelautan-nya China. Tugasnya adalah penegakan hukum sipil dan menjalankan misi-misi Search and Rescue (SAR).
Bahwa CCG sering digunakan sebagai alat foreign policy (kebijakan luar negeri) di laut, itulah pintarnya China. Menghadapinya jangan dengan o'on.
Tampil di atas kapal tempur militer, di depan peluncur roket pula, adalah salah langkah Jokowi "buka harga" ke China. Saya sih yakin, China akan bilang "Ente jual, Ane beli". Lha, dari sisi "kebutuhan", China berada pada posisi sangat butuh ada "show of power" seperti ini. Untuk apa? Ya China itu sedari subuh sudah nongkrong di luar nunggu pasar buka. Ada yang matahari belum nongol udah buka lapak, dia masuk belanja. Pelajari "kesialan" Vietnam (Negara yang dibantu China menang perang lawan Amerika) yang harus nangis kehilangan kepulauan Paracel. Militer China dengan mudahnya menegakkan hak teritorial China atas kepulauan itu. Penampilan Jokowi sebagai presiden (huruf kecil) secara langsung di perairan Natuna ibarat "jackpot" bagi China. Bonus tak terkira.
Semestinya, Jokowi cukup menggerakkan Kementerian Kelautan dan Perikanan saja. Cukup unsur sipil. Sambil, sebagai panglima tertinggi, ia menginstruksikan digelarnya latihan gabungan 3 angkatan TNI di sana.
Hampir 2 tahun di istana. Apakah Jokowi masih praktikum?