[portalpiyungan.com] Kabar gembira datang dari dunia riset Tanah Air. Ilmuwan asal Indonesia, Dr Taruna Ikrar, menjadi salah satu periset yang karyanya diajukan oleh University of California untuk mengisi peluang nominasi Penghargaan Nobel tahun 2016 dalam bidang kedokteran.
“Iya, baru diajukan oleh University of California, dalam Bidang Optogenetic, Physiology of Medicine,” kata Taruna Ikrar saat dikonfirmasi Republika, Sabtu (18/6).
Pengajar pada University of California, Irvine, AS, itu termasuk dalam tim yang berhasil mengembangkan optogenetic laser stimulation. Selain Taruna, ada dua orang lagi yang terlibat dalam penelitian tersebut yakni ilmuwan dari Stanford University, Dr Ivan Soltesz, warga negara Hongaria dan AS. Kemudian, Dr Amar Sahay, warga negara AS selaku ilmuwan dari Harvard University.
Taruna menjelaskan, optogenetic adalah suatu metode untuk membuat aktif atau non-aktif sel saraf (neuron) di otak dengan menggunakan spektrum cahaya tertentu.
“Kelak, teknik ini dapat digunakan dalam berbagai pengobatan penyakit-penyakit otak, seperti Parkinson, Epilepsy, Schizophrenia, dan lain-lain. Nanti setelah ditetapkan, baru saya jelaskan panjang lebar. Sekarang, masih proses pengajuan nominator,” lanjut dia.
Dr Taruna Ikrar MPharm MD PhD menekuni bidang farmasi, jantung, dan saraf. Sejauh ini, ia sudah menghasilkan 54 penemuan penting. Dua di antaranya sudah dipatenkan dan dipakai oleh pelbagai institusi pendidikan dan kedokteran dunia.
Pada 2009, Taruna Ikrar mematenkan metode pemetaan otak manusia yang berhasil menggambarkan dinamika yang terjadi pada organ tersebut secara rinci.
Berdasarkan laman resmi Nobel Prize, pengajuan nominasi penghargaan bergengsi itu hanya bisa dilakukan oleh pihak-pihak tertentu, atas undangan Panitia Nobel Prize. Ada 273 ilmuwan yang telah dinominasikan untuk Penghargaan Nobel 2016 dalam bidang kedokteran.
Selama bulan Juni hingga Agustus, Panitia Nobel Prize melakukan evaluasi untuk menyeleksi nama-nama yang telah diajukan. Pada Oktober nanti, akan diketahui siapa saja yang dinominasikan dalam ajang prestisius tersebut.
DR Taruna Ikrar, Tokoh ICMI Ilmuwan Kedokteran Dunia
Adalah ia, Adjunct Prof. Dokter TARUNA IKRAR, M.D., M.Pharm., Ph.D. Director of Brain Circulation Institute of Indonesia (BCII), Faculty Member of University of Hasanuddin, Indonesia. Saat ini sebagai Senior Specialist dan Peneliti Utama, pada Division Neurobiology, School of Medicine, University of California, Amerika Serikat.
Lahir di Makasar, 15 April 1969 dari pasangan (Alm) Abubakar dan Hasnah Lawani. Anak ke 5 dari 10 bersaudara ini menyelesaikan pendidikan dokternya (dr) di Universitas Hasanuddin, Makassar (1997). Pendidikan Master Farmakologi (M.Pharm.) diselesaikan di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Jakarta pada tahun 2003.
PhD (Philosophy of Doctor) dengan keahlian ilmu penyakit jantung (cardiology) diraih di School of Medicine, Niigata University, Japan, pada tahun 2008, dan menyelesaikan Postdoctoral Scholar di Departmental of Neurosciences, University of California, US America (2010). Sejak Desember 2010 diangkat sebagai staf akademik, scientist (ilmuwan), dan dokter spesialis di Universitas California, Amerika Serikat.
Taruna juga berperan aktif di Society of Neurosciences, Center for Interregional Study, Asia Pacific Heart Rhythm Association, International Society for Heart Research. Dia adalah penulis dan kolumnis handal. Bukunya berjudul “Ilmu Neurosains Modern, dan Mutiara Pengetahuan Kedokteran Modern” berhasil “mengguncang” Amerika Serikat dan Indonesia.
Pada tahun 2009, Taruna bersama tim berhasil menemukan “High Resolution and Fast Functional Mapping of Cortical Circuitry Through a Novel Combination of Voltage sensitive dye Imaging and Laser Scanning Photostimulation” dengan nomor paten: 2009-623-1. Karya ilmiah internasionalnya lebih dari 56 publikasi di berbagai jurnal ilmiah bereputasi internasional.
Dokter yang multitalenta dan multitasking ini pakar bereputasi internasional di bidang farmasi, jantung, neurosains, elektrofisiologi. Dialah dokter pertama dari Indonesia yang sukses menerbitkan karya ilmiahnya di Jurnal Nature, bersama Kuhlman SJ, Olivas ND, Tring E, Xu X, dan Trachtenberg JT berjudul “A disinhibitory microcircuit initiates critical period plasticity in visual cortex” (2013).
Berkat prestasinya dan "mahakarya"nya di Jurnal Nature (tempat para peraih Nobel mempublikasikan karyanya), paten pemetaan fungsi otak, keterlibatan di proyek otak virtual yang disponsori oleh pemerintah USA, tulisannya yang dimuat berbagai media massa cetak nasional dan internasional, ia terpilih menjadi satu dari sepuluh tokoh yang menghiasi rubrik Liputan Khusus: Tokoh Penemu bertajuk “Mereka yang Tak Mengutuk Gelap”.
Wakil Presiden I4 atau Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional (International Indonesian Scholars Association), periode 2011-2015 ini mengemukakan rahasia suksesnya. Dalam hidup ini dibutuhkan tiga hal, yaitu: cita-cita hidup, tujuan hidup, dan pegangan hidup. Untuk menggapai semua itu, diperlukan pegangan hidup (agama) untuk mengantarkan kebahagiaan hidup di dunia-akhirat.
Mungkin hal tersebutlah, yang akhirnya menghantarkan dirinya tertarik untuk berjuang bersama para cendekiawan muslim di organisasi Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) atas ajakan kawannya, Dr Achmad Mukhlis Yusuf.
(http://www.icmi.or.id/blog/2016/06/dr-taruna-ikrar-tokoh-icmi-ilmuwan-kedokteran-dunia)