Elektabilitas bakal calon gubernur DKI Jakarta mulai mengerucut pada dua kandidat teratas, antara petahana Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Yusril Ihza Mahendra.
Berdasarkan survei terbaru Lembaga Survei Politik Indonesia (LSPI), yang dirilis kemarin, elektabilitas Ahok 23% sedangkan Yusril 19%.
"Artinya elektabilitas keduanya hanya terpaut 4%. Tipisnya selisih elektabilitas Ahok dengan Yusril menunjukkan publik Jakarta sudah makin banyak yang tidak mempercayai Ahok sebagai gubernur," ujar pakar hukum tata negara Margarito Kamis, Sabtu (4/6), dikutip RMOL.
Di sisi lain, Margarito menilai perhatian masyarakat Jakarta terhadap Yusril justru meningkat.
"Sebaliknya, Yusril sudah mulai mendapat tempat di hati warga Jakarta," tambahnya.
Menurut Margarito, jika masyarakat Jakarta masih menyukai Ahok, elektabilitas mantan bupati Belitung Timur itu seharusnya bisa mencapai angka 60%.
Mengingat, sebagai gubernur Ahok masih kerap muncul di TV, media online dan cetak setiap hari.
Margarito beranggapan rakyat Jakarta mulai cerdas dalam memilih pemimpin. Termasuk melihat kekurangan dan kesalahan Ahok.
Seperti saat Ahok diduga terlibat kasus dugaan korupsi kasus RS Sumber Waras atau reklamasi pantai utara.
"Warga Jakarta tidak mau memilih gubernur yang bohong dan banyak masalah. Mereka juga tak mau kalau gubernur yang mereka dukung kelak masuk penjara gara-gara kasus hukum," demikian Margarito.
Karena elektabilitas jeblok, lantas cari dukungan sampai ke Singapura yang berakhir tragis?