SATU BUAH APEl UTK AZIS
(Kamu ndak sendiri, nak)
Oleh: dr. Lia Imelda Siregar
(Tualangtjut, Aceh)
Anak ganteng itu bernama Azis. Anak tertua dari 7 bersaudara di salah satu tempat di tanah air ku dalam keadaan salah satu kaki nya yang terikat rantai
Lewat selang air ia bermain tanpa menghiraukan sekitarnya. Begitulah hari hari ia lalui.Semetara adik dan keluarganya yang ramai sibuk dengan dunia nya masing masing. Azis jarang diajak bicara.
Diawal pertemuan Azis menatap ku curiga.
Seperti nya ia jarang berinteraksi dengan orang asing.
Aku berusaha bicara dengan bahasa indonesia.tanpa perlawanan dia hanya menatap ku lekat.aku terus berusaha bicara untuk mengambil kepercayaan nya. Sampai ia mengijinkan aku untuk memandikan nya
Hari pertama berlalu dan aku tak terlalu memaksa ia utk berunteraksi dengan ku
Menurut si ibu,azis sudah di rantai sejak berumur 15 tahun.
Anak sekecil itu..
Sekarang usia nya sudah 19 tahun
Masya Allah
Alasan nya ia di takut takuti di sekolah lalu lambat laun perangai nya berubah
Ayahya lain lagi kata sang ayah azis dulu sering dipukul ibu guru sehinga malu utk sekolah.
Aku tak sempat menggali banyak mengapa terjadi dengan azis
Tapi sekilas kulihat orang tua azis sangat penyayang.
Mungkin tak tau berbagi sedih lagi
Atas apa yang terjadi
Sesekali si ayah menghela nafas panjang
Sesekali kulihat membuang wajah agar tak tampak kesedihan
Ibunya selalu menunjukan rasa tegar dan tersenyum
Ntah.lah
Aku pun tak mengerti
Azis sudah dua tahun tidak bicara
Itu informasi awal yang kudapat
Tetangga kampung kanan kiri ketika kutanya sepertinya mereka enggan bercerita apa sebab musabab Azis diperlakukan demikian.
Mereka lebih memilih bilang "tidak tau persis, bu dokter." Mungkin supaya tak banyak pertanyaan .
Yanng ekstrem bilang bahwa itu adalah penyakit turunan karena di keluarg AZIS ada yang seperti itu
HARI KE DUA
Azis pipis diatas tempat tidur besi nya
Tanpa alas
Tanpa baju
Pipis jongkok dan menghadap dinding
Hari itu ia tak mau bermain dengan ku
Hanya sekedar pegangan tangan lalu ia nyengir dan tak memperdulikan aku lagi
Tapi teman ku As Wadi sempat bertanya apa kesukaan nya
Dengan bahasa yang tak jelas ia mengatakan "APEL"
As wadi juga berusaha menarik hati azis agar ia mau bermain.
Kami kecewa ,ia tak mau balik badan hanya tersenyum. Dan kami pun tak memaksa ia utk bicara lalu kami pun pulang
HARI KE TIGA
Bawa buah kesukaan Azis
Dia senang sekali. Aku nggak mau kehilangan momen itu .
kami selfie dan foto bersama. Beberapa gaya dia mau nurut apa yang kami minta. Bahagia melihat ia tersenyum diatas ranjang besi nya tanpa kasur itu.
Aku sempat meminta nya menggambar. Dan apa yang kudapat ?
Ia menggambarkan bunga. Katanya utk ku
"Untuk siapa zis?"
"Bu dokter..lirih nya
"Yang kuat bicara nya"pintaku
Buuu dokterr jerit nya tetep lirih
"Azis sayang siapa?tanya ku lagi
"Bu doter ama bang wadi" lagi lagi kalimat lirih hampir tak terdengar
Terharu aku...
Aku bertanya ke ibunya. Berkata pada ayahnya.mereka hanya bilang mana bisa sembuh bu azis. Ya begitu saja
Aku meyakinkan ke mereka kalau ada usaha pasti bisa.
"Bapak,ibu.
Azis harus diobati
Bagaimana nanti kalau bapak ibu sudah tua. Sudah stroke
Siapa yang nolong azis
Mengharap enam saudaranya merekaa masing mmasing nanti akan berkeluarga
Lalu siapa...
Mereka terdiam
Lalu aku menghampiri adek azis yang perempuan. Kutaaksir umur nya 12 tahun
"Bu dokter titip ya.jangan ppernah malu punya abang kayak azis. Abang nya tetap disayang ya dek
Bu dokter doain kamu bisa jadi dokter sehingga nanti kamu rawat abang
Jangan pernah tinggalkan bang azis
Sore itu aku menghubungi kepala dinas , kepala puskesmas menceritakan kondisi azis.
HARI KE EMPAT
Aku bawakan mainan balon sabun dan bermain dengan azis.
Lalu tiba tiba ide gila ku muncul.
"Kamu mau jalan jalan nggak sama bu dokter naik mobil?"
" jangan bu. Nanti dia ngamukIbu nggak bisa mengendalikan " cegah ibunya
Aku tak perduli
"Ibu percayakan sama saya ya. Azis pake baju dan celana ya nak kita jalan jalan naik mobil
Kawan ku Fety Rauzana sempat protes lewat ekor matanya seolh ia keberatan bukan karena apa takut azis ngamuk dijalan. Ia memilih duduk belakang ketika aku menyetir mobil dan azis di sampingku
Aku mengetes azis
Ak bilang aku ingin ke desa POLAN
Setiap persimpangan kutanya ia belok kanan atau belok kiri padahal aku tau jalan nya
Dan ia menunjuk ke jalan yang benar
Tidak salah arah
Menurut sang ibu azis sebulan sekali di bawa jalan naik kereta oleh tetangganya. Dan tetangganya di bayar oleh sang ibu
Hari pun mulai gelap
Azis ndak mau turun
Ia mau tetep ikut dengan ku
Setelah di bujuk akhir nya ia pun turun
Pemandangan yang menyakitkan terjadi
Ketika di depan kamar yang tanpa kasur itu
Di depan kamar yang ada ranjang besi dan tempat ee
Didepan kamar yang tanpa pintu
Tanpa atap bahkan .jendela yang tak tertutup
Pasti banyak nyamuk
Pasti dingin
Pasti nggak nyaman
Tapi azis mampu hidup bertahun tahun
Dengan rantai di kaki kirinya
Azis
Ya azis membuka baju nya
Membuka celanaya
Menghampiri kamar syurga versi azis yang di huni nya hampir 5 tahun
"Mak.. rantai kaki azis lagi ya.nanti azis lari"dalam bahasa daerah dan tanpa ekspresi.
Dia naik ke tempat tidur besi dan si ibu merantai nya
Pemandangan gila
Ini gila
Aku tak sanggup melihat nya
Kupeluk ia kuat kuat
"AZis..kamu bukan binatang nak
Sabar nak
Sabar
Kamu pasti sembuh
Bu dokter doakan
Bu dokter hanya bisa doa kamu pasti sembuh,nak
Aku memeluk dia dengan erat
Tangis ku pecah sejadinya
Aku nggak peduli
Ini anak manusia
Ini bukan binatang
Kucing dirumah ku aja tak kuperlakuka seperti ini
Apa salah azis
Apa salah aziss...
Ibu.. kenapa ibu tega buat ini utk azis
Dia bukan binatang
Ia anak baik
Ibu enak tidur disana
Ia kedinginan disini
Bu..ibu macam apa ibu
Kemudian aku melepas pelukanku
Kutatap mata azis merah
Tidak ada air mata disana
Mungkin sudah habis
Mungkin sudah tak ada
Aku marah sebesar besarr nya
Lalu lari menuju mobil dan meninggalkan rumah itu
Aku benci....
Aku sedih....
Maka pulang lah aku ke negeri ku
Malam nya dering sms di hp
"Bu dokter.. maafkan kami atas kesedihan ibu. Kami juga sudah tak tau lagi. Kami passrah. Azis tadi panggil nama ibu. Maafkan kami sekali lagi.bu lima tahun kami tahan kan ini bu. Ini bukan mau azis buka juga mau kami. Tapi ini mau yang diatas. Mohon ibu maklum
Aku pun membalas nya
Ia ndak apa. Semoga azis lekas sembuh
Aku sering sms nya tentu saja melalui ibu azis
Hari hari aku mengingat nya
Aku berusaha mencari tau camat nya azis lewat info wa dari kawan kawan. Pak camat menyambut baik laporan ku. Dua hari kemudian aku sms pk camat mau nanya keadaan azis. Mungkin pak camat sibuk .sms ku tak di balas mungkin lagi sibuk pak camat.
Ia juga ya
Aku ini siapa
Bukan orang berpengaruh
Yang hanya empati
Pada salah satu anak negri
Aku siapa
Haa
Aku mencoba utk melupakan azis
Mengabaikan penderitaan nya
Tapi tak bisa
Temanku Munazar M Ali berkata
"Ikhlaskan saja, ambil hikmah nya. Bahwa setidak nya aku sudah berusaha.
Hanya empat hari bersama Azis
Tak banyak kulakukan
Utk menyenangka hatinya yang tertekan
Malam ini terfikir utk ku
Untuk menggalang donasi utk kehidupan azis
Insya allah lebaran aku akan mengunjunginya
Mengunjungi azis di negeri orang
Mungkin utk perobatan nya
Agar ia bisa membaca kembali
Agar ia bisa menggambar bunga warna warni utk kita
Agar ia bisa berhitung apa saja yang mau ia hitung
Mungkin utk tempat tidur nya
Bukan tempat tidur besi dengan kawan rantai sepanjang dua meter
Tapi tempat tidur empuk dikelilingi kelambu sehingga ia tak jadi umpan nyamuk
Tempat tidur yang tidak bau ee
Tempat tidur yang besi nya tak membuat tulang punggung nya sakit
Bahkan.....
Mungkin utk sekilo apel kesukaan nya
Bila kawan ada kemudahan dan kepercayaan membantu azis
Ini no rek saya
Lia imelda
Bri kuala simpang 0657 01 001179 50 8
mohon konfirmasi ke WA 081361269499
Atau sms ke no 0822 9406
Ditunggu sampai 14 RAMADHAN yang bertepatan minggu 19 JUNI 2016
Indahnya berbagi
Berdamai dengan hati
Jangan biarkan cerita ini hanya kawan baca
ngelike dan sedih
Uluran tangan kalian sangat ia butuhkan
Walau itu hanya SATU BUAH APEL AZIS
Mungkin banyak azis lain diluar sana
Aku ppun tak tau
Yang kutau azis di depan mata ku saat itu
Nggak ada maksud apapun
Hanya kasihan liat anak negri
pada Allah saya mohon ampun
Pada kawan kawan saya mohon maaf atas kelancangan saya
__
sumber: fb Lia Imelda Siregar