Din Syamsuddin: Tutupnya Warung Makan di Siang Hari Saat Puasa Harus Jadi Budaya


[portalpiyungan.com] Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia Din Syamsuddin mengatakan upaya mendiskreditkan umat Muslim bisa memicu radikalisasi yang berdampak negatif bagi bangsa Indonesia.

"Kalau treatment terhadap umat Islam tidak berkeadilan, bisa memicu radikalisasi di kalangan umat Islam. Tidak baik bagi Indonesia dan umat Islam," kata Din dalam Rapat Pleno IX Dewan Pertimbangan MUI di kantor MUI, Jakarta, Rabu (22/06/2016).

Din mengingatkan pada semua pihak, baik di internal maupun eksternal MUI, agar umat Islam tidak didiskreditkan. Kekhawatiran Din ialah apabila ada pihak-pihak yang menggunakan kesempatan saat kondisi umat Islam didiskreditkan untuk mempengaruhi kondisi politik dan ekonomi negara.

"Kalau ini berlanjut, ada yang menguasai ekonomi menguasai politik secara tidak berkeadilan memanfaatkan kuasa untuk mendiskreditkan, yang rugi adalah Indonesia, negara pancasila terganggu," kata dia.

Dia menyinggung dan menyesalkan kejadian razia Satpol PP pada warung makan yang berjualan di siang hari di Serang, Banten, karena dilakukan dengan tindakan berlebihan.

Hanya saja, lanjut dia, tutupnya warung makan di siang hari pada bulan puasa sebaiknya dilakukan sebagai bagian dari budaya dan etika.

"Bukan orang-orang yang berpuasa minta dimanjakan. Bagi saya sih baik-baik saja untuk uji keimanan, tapi sebagai toleransi menurut saya itu budaya, etika, yang seyogyanya demikian," tutur Din.

Menurut dia, umat Muslim hanya perlu diperlakukan berkeadilan dalam berkehidupan di masyarakat dan tidak menuntut hak istimewa.

"Jangan dibilang umat Islam tidak toleran. Umat Islam tidak menuntut hak istimewa, hanya perlu diperlakukan berkeadilan," ujar dia. (Rimanews)

Baca juga :