Di Saudi, Syaikh Kaya Raya Tapi Sederhana Ini Tiap Bulan Sedekah Rp 1 Miliar Lebih


Namanya Syaikh Abdurrahman Uther al Yamani, hafidzohullah.

Biasanya syaikh ini setiap hari Senin awal bulan Hijriyah membagi-bagikan sedekah. Hampir seluruh mahasiswa Universitas Islam Madinah (UIM) datang ke funduk (hotel) Syaikh Uther, panggilan masyhurnya oleh kami, untuk mengambil sedekah darinya.

Hampir seluruh “perwakilan” negara yang terdaftar dalam buku penerimaan mahasiswa UIM datang mengantri. Mulai dari mahasiswa asal China, Indonesia, Pakistan, Rusia, Spanyol sampai Madagaskar ikut mengantri mengambil bahagian.

Bentuk sedekahnya berupa uang dengan nominal 150 Riyal Arab Saudi (SAR), kurang lebih senilai Rp 540 ribu per orang jika 1 SAR berbanding Rp 3.600.

Diperkirakan ada sekitar 2.500 mahasiswa yang mendapatkan sedekah dari syaikh tersebut. Berarti total sedekahnya sekitar 375.000 SAR atau senilai Rp 1.350.000.000, alias mendekati 1,5 miliar rupiah. Itu setiap bulan.

Pada bulan Ramadhan ia menaikkan jumlahnya menjadi 300 SAR atau dua kali lipat. Itu belum termasuk sedekahnya terhadap para janda dan anak-anak korban konflik Suriah. Ma sya Allah!

Hidup Sederhana

Pria dengan banyak bisnis pertokoan dan perhotelan di sejumlah daerah di Arab Saudi ini terbilang “aneh”. Kaya raya tapi hidupnya terlihat sangat sederhana. Tak ada yang “wah”.

Ia tidak memakai kemeja maupun jas bermerek mahal dan terkenal. Begitu pula celana dan jam tangannya. Cukup simak (sorban) dan gamis yang sama-sama putih sebagai “seragamnya”. Ia pun enggan difoto.

Subhanallah!

Untuk mendapat sedekah itu, salah satu persyaratannya adalah bitoqoh tholib (kartu tanda mahasiswa/KTM). Selain mahasiswa memang dilarang mengambil. Yang menarik juga, ada kawan-kawan mahasiswa yang sejak usai Shubuh sudah mengantri untuk mengambil sedekah.

Suatu hari saya mengantri panjang selepas Shubuh. Saat tiba giliran saya, ternyata KTM terlupa. Akhirnya terlewatkanlah begitu saja rezeki yang sudah di depan mata itu. Ini yang disebut dengan taqdir, pekik saya dalam hati.

Potong Jenggot Dikurangi

Seiring berjalannya waktu, Syaikh Uther membuat syarat tak tertulis lainnya. Siapa saja mahasiswa yang membawa KTM tapi memotong jenggot, maka di saku kanan sang syaikh sudah disiapkan uang dengan nominal 50 real.

Maksudnya, mahasiswa yang potong jenggot itu tidak dapat 150 real, tapi cukup 50 real. Memang, syaikh yang aslinya dari negeri Yaman ini sangat mencintai sunnah Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.

Pada suatu waktu, Jumat (20/5/2016), atas taqdir Allah saya berjumpa dengannya di Masjidil Haram, Makkah.

Syaikh tersebut tampak lagi asyik mendatangi orang-orang yang sedang menunggu Jumatan untuk membagikan parfum. Ia tidak menyuruh ajudannya atau siapa pun juga. Tapi ia datangi satu per satu orang-orang di sekelilingnya.

Pada pukul 11 siang waktu Saudi, seorang anak menghampirinya. Syaikh Uther pun memeluk dan mencium anak itu, kemudian memberikannya parfum serta beberapa biji makanan coklat.

Sungguh, dari sosok Syaikh Uther tergambar indahnya kedermawan, indahnya orang kaya yang cinta berbagi. Terbayang kemudian kisah-kisah kedermawanan para Sahabat Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yang luar biasa.*

Penulis: Imam Muhammad
kontributor hidayatullah.com di Tanah Suci

*Sumber: Hidayatullah


Baca juga :