Oleh Hasmi Bakhtiar
Alumni Al-Azhar Cairo
1. 'Almutasaqituna ala Thariqi Adda'wah' atau bahasa gaulnya 'Mereka Yang Berguguran di Jalan Dakwah'.
2. Tapi kali ini bukan membahas berguguran sebab 'inhiraf nafsiyah' atau penyelewengan pribadi, itu udah dibahas Fathi Yakan dalam buku beliau.
3. Gw mau ngebahas 'gugur' disebabkan hal lain, faktor di luar pribadi seorang kader jamaah.
4. Sebuah jamaah, bisa bernama partai atau organisasi adalah wadah di dalamnya berkumpul jiwa2 yg ingin bergerak menuju satu tujuan bersama.
5. Di dalamnya para kader berbagi peran. Mereka disebut 'muharrik' karena menjalankan gerbong jamaah sesuai tugas masing2.
6. Tidak bisa dihindari, dalam perjalanannya jamaah menjadi tempat penampungan bahkan tempat bertarung ide2 yang datang dari para kader.
7. Dan jamaah yang sehat adalah yang bisa menjadikan ide para kader yang beragam menjadi bahan bakar untuk sampai pada tujuan BERSAMA.
8. Sbg contoh, IM era Albanna memiliki seorang calon kader bernama Muhammad al Ghazali, beliau memiliki ide brilian piawai dalam tulis menulis.
9. Kadang ide2 Al Ghazali susah difahami oleh kader IM lainnya pada masa itu, tapi Albanna melihat ini sebuah modal bagus untuk IM ke depan.
10. Berkat kegigihan Albanna, akhirnya pemuda belia ini menjadi 'singa' IM. Hampir tidak ada pemikir skrg yg tidak membaca pemikiran Al Ghazali.
11. Namun pada dasarnya jamaah tetaplah kumpulan para manusia, penuh keterbatasan dalam memahami, termasuk memahami para kader jamaah sendiri.
12. Sebuah tandzim tetap diisi oleh manusia, bisa salah dalam bersikap kepada kader, bisa keliru dalam memahami situasi terlepas apa alasannya.
13. Sebab itu, perjalanan sebuah jamaah tidak pernah lepas dari kisah2 sedih bahkan tragis. Kader2 hebat 'layu' di sana.
14. Bukan manhaj yg salah, bisa jadi akibat keterbatasan kapasitas kader memahami atau menjalankan manhaj. Ini bisa menimpa 'jundi' atau 'qoid'.
15. Al Ghazali, Abdul Satar bahkan Sayyid Sabiq adalah contoh kisah sedih tersebut, mereka 'layu' dalam tubuh IM akibat keterbatasan Qiyadah.
16. Al Ghazali tidak berbeda 'fikroh' dg Al Hudhaiby (mursyid IM pengganti Albanna), beliau ditarbiyah langsung lewat tangan Albanna yang merupakan muassis IM.
17. Perbedaan Al Ghazali dengan Alhudhaiby hanya di cara 'idarah' jamaah, dan beliau mengkritik maktab al Irsyad sangat keras waktu itu.
18. Bahkan saking kerasnya beliau sampai memimpin 'revolusi' dalam tubuh IM waktu itu, Al Ghazali dan pendukungnya menduduki maktab al Irsyad.
19. Waktu itu Al Hudhaiby sbg mursyid berlindung di balik nama IM sbg institusi, ini yang membuat Al Ghazali akhirnya terlempar.
20. Terlempar atau dipecatnya Al Ghazali dari IM bukan karena beliau salah atau tidak taat hasil Syuro.
21. Hanya waktu itu Al Hudhaiby & maktab al Irsyad belum bisa mengikuti pemikiran dan kepiawaian politik Al Ghazali melihat sosok Gamal Abdunnasir.
22. Al Ghazali berfikir lebih maju dr kader IM waktu itu. Dia tidak sendiri, kader yg ga kalah hebatnya waktu itu Sayyid Sabiq jg mendukung.
23. Mereka berdua faham sekali kelicikan Gamal Abdunnasir, hanya suara mereka kalah oleh suara mursyid yang didukung penuh maktab al Irsyad (DPP).
24. Dan dikemudian hari, semua yang dicemaskan Al Ghazali terjadi, penangkapan besar2an terjadi terhadap kader IM.
25. Gamal Abdunnasir yg dinilai qiyadah IM waktu itu sbg mitra yg baik, bahkan disiapkan menjadi payung jamaah justru mengirim mereka ke penjara.
26. Dan Gamal Abdunnasir yang tadinya sangat akrab dengan qiyadah IM menjadi pemangsa jamaah, qiyadah sadar mereka telah salah.
27. Al Ghazali yang 'dibuang' oleh qiyadah IM waktu itu justru menjadi benteng melindungi fikrah dan semangat para kader.
28. Walaupun sudah 'dibuang', tapi kader IM menjadikan nasehat Al Ghazali sbg pegangan untuk 'tsabat' dlm dakwah, di saat para qiyadah dipenjara.
29. Luar biasanya Al Ghazali melupakan semua 'kedzoliman' para qiyadah, dia memang bukan lagi kader IM sbg Tandzim, tp tetap sbg kader 'fikrah'.
30. Kata Al Ghazali 'jika mereka melemahkan saya ketika mereka kuat, maka saya tidak akan melemahkan mereka di saat saya bebas'.
31. Al Ghazali cinta IM walau berbeda dengan qiyadah, walau dia 'dibuang'.
32. Cinta inilah yang membuat dia tidak pernah membenci IM sbg jamaah di saat namanya berkibar di luar IM.
33. Dan pembuktian cinta Al Ghazali paling tinggi adalah ketika dia terus menjaga arah dakwah IM di saat qiyadahnya dihabisi Gamal Abdunnasir. (si orang lain di tengah kita –ed)
34. Walaupun dia 'dibuang' tapi dia tidak rela IM hancur akibat kesalahan sebagian kecil para qiyadah.
35. IM adalah harapan anak2 harokah di Mesir waktu itu, tidak masuk akal dibiarkan tenggelam akibat kesalahan beberapa oknum.
36. Memang begitulah jiwa seorang da'i yang ikhlas berjuang di jalan Allah, sekuat tenaga akan menyelamatkan gerbong dakwah.
37. Jika Al Ghazali waktu itu hanya diam menyaksikan 'kedzoliman' sebagian qiyadah IM, mungkin kita tidak lagi melihat MD di Muqottom, Cairo.
38. Tapi Al Ghazali berjuang menyelamatkan IM apapun caranya, dan memang seharusnya begitu.
39. Menyingkap semua penyakit dalam jamaah adalah langkah awal untuk mengobati, itu bukan merongrong.
40. Sebagai kader harus bisa membedakan usaha melemahkan jamaah dengan usaha mengobati jamaah.
41. Kader juga harus faham beda melawan jamaah dengan memperbaiki jamaah.
42. Justru harus dipertanyakan jika ada kader ahli membiarkan jamaahnya tenggelam akibat kelalaian beberapa oknum.
43. Dan menyelamatkan sebuah jamaah yang bernaung dalam sebuah negara tentu dilakukan dengan cara2 yang dibenarkan negara.
44. Apa yang membuat seorang kader siap mengorbankan nama baiknya, nama baik keluarganya demi jamaah kecuali CINTA?
45. Jika kader tersebut hanya mengejar harta, dia dan keluarganya tidak kekurangan harta. Tahta? Dia tidak kekurangan partai yg siap menampung.
46. Kita harus berterimakasih ada yang siap mengamalkan 'aljihadu sabiluna' di tengah jamaah kita.
47. Dia berjihad menyelamatkan jamaah kita, berjihad mencari kebenaran yang tidak hanya bagi dirinya, tapi bagi semua kader.
48. Jamaah dakwah selalu memunculkan orang2 hebat, kalau kita bukan bagian dari mereka, minimal kita bukan musuh mereka. Sekian.
***
#Quote:
"Resiko jadi org cerdas sperti @Fahrihamzah, bisa membaca keadaan saat kebanyakan org sezamannya terlelap." (@hafidz_ary, 23/1/2015)
http://www.portalpiyungan.com/2016/04/kritik-fahri-pada-kpk-akhirnya-terbukti.html