Dalam 12 hari terakhir, warga Aleppo yang sudah menderita kekurangan pelayanan dan kebutuhan dasar, dibombamdir dengan bom oleh rezim Assad dan pasukan Rusia hbngga lebih dari 250 warga sipil telah terbunuh.
Bertujuan untuk mengepung satu-satunya kota utama Suriah di mana oposisi masih memegang kontrol, pasukan rezim Assad telah meningkatkan laju serangan mereka terhadap daerah barat laut yang menghubungkan kota dengan seluruh wilayah, sedangkan upaya AS untuk meyakinkan Rusia untuk memperbaharui gencatan senjata tidak ada kemajuan sejauh ini.
Setelah serangan Rusia pada Februari untuk memotong rute pasokan kemanusiaan utama antara perbatasan Turki dan Aleppo, sekarang rezim bertujuan untuk merebut daerah antara Kastillo dan Handarat di pinggiran barat laut kota, yang merupakan satu-satunya penghubung antara wilayah Aleppo yang dikuasai oposisi dengan wilayah lain.
Kota-kota yang dikuasai oposisi Anadan dan Hraytan, terletak jauh di sebelah barat, yang juga diserang oleh pasukan rezim.
Sementara itu rezim dan milisi komunis PYD, yang bekerjasama dalam menutup rute antara Aleppo dan Turki, melanjutkan kerja sama mereka di daerah tersebut. Berusaha merebut area Sheikh Maqsud yang terletak di selatan jalan Kastillo, serangan PYD terhadap daerah itu dilumpuhkan oleh kekuatan oposisi tiga minggu lalu. PYD juga sering bentrok dengan oposisi di distrik Ashrafiyye. Rezim melakukan serangan udara dalam koordinasi dengan PYD ketika milisi mereka yang berada di garis depan mengalami tekanan.
Meskipun gencatan senjata yang ditengahi PBB masih berlaku dalam teori, rezim Assad melakukan serangan udara, artileri dan serangan roket ke pinggiran barat laut kota serta pusat kota yang menjadi tempat tinggal ribuan warga sipil. Perjanjian AS dan Rusia tidak termasuk Aleppo dan hanya berefek diwilayah utara kota pesisir kabupaten Latakia dan Timur Ghouta di Damaskus.
Pada tanggal 27 April, rumah sakit Al-Quds yang terletak di lingkungan Sukari di Aleppo hancur dalam serangan udara rezim, membunuh satu-satunya dokter anak, lima petugas kesehatan dan 30 warga sipil. Sebuah masjid di lingkungan itu juga dibom pada hari Jumat tanpa korban, karena warga Aleppo telah diperingatkan untuk tidak menghadiri shalat Jumat secara massal.
Pejabat Kementerian Pertahanan Rusia menyatakan bahwa bahkan jika gencatan senjata telah dicapai, mereka akan mengecualikan beberapa kelompok, termasuk Mujahidin Nusra. Departemen Luar Negeri AS sebelumnya telah memperingatkan bahwa Rusia menargetkan warga sipil dengan menggunakan alasan untuk menyerang Nusra.
Sumber-sumber lokal berbicara kepada kantor berita Turki Anadolu Agency (AA) mengatakan bahwa daerah-daerah sipil yang ditargetkan dalam serangan udara tidak dikendalikan oleh Al Nusra, sementara kehadirannya di pusat kota hanya simbolis.
Tak hanya dibantu Rusia, milisi Syiah yang didukung Iran juga membantu pasukan rezim menembak desa-desa di kabupaten Hani Touman di barat daya, sedangkan kota Al-Eis di selatan, yang direbut oleh pasukan oposisi pada bulan April sebagai tanggapan atas serangan di timur Ghouta, juga di bawah serangan rezim untuk merebut kembali kota tersebut.
Asosiasi Ulama Muslim Lebanon menyeru Arab Saudi, Qatar dan Turki segera bertindak menghentikan pembantaian di Aleppo
Asosiasi Ulama Muslim Lebanon pada hari Senin menyeru kepada Arab Saudi, Qatar dan Turki untuk memikul tanggung jawab sejarah Islam dan segera bekerja untuk menghentikan holocaust di Aleppo.
Asosiasi Ulama Lebanon mengatakan dalam sebuah pernyataan, dimana ElDorar AlShamia mendapat salinannya: “Kami menyebutnya tiga negara khusus karena kita tahu mereka mendukung rakyat Suriah dan mewakili beban Geo politik untuk menyediakan senjata berkualitas tinggi untuk para pejuang Revolusi Suriah sehingga mereka mampu menghalangi agresi barbar. ”
Sumber: Daily Sabah, Middleeastupadet