Tanggapan Fahri Hamzah Untuk Sapto Waluyo


Ada yang menarik Kenangan Perjuangan 2 Insan Kader Dakwah antara Akh Sapto Waluyo dan Akh Fahri Hamzah....

Adalah akh Sapto Waluyo (mantan Stafsus Mensos Salim Segaf Al-Jufri) membuat tulisan seputar kasus pemecatan Fahri yang dipublis di selasar.com beberapa hari lalu dengan judul "Dekonstruksi Fahri Hamzah". Tulisan ini lebih dramatis dengan cover foto Fahri yang ditampilkan "arogan". Inti tulisan itu menegaskan Fahri memang layak dipecat dengan segala kronologisnya, termasuk diungkit juga sejarah gelap Fahri saat di KAMMI.

Tulisan ini pun ramai beredar di kalangan kader setelah ada seruan (ta'limat) untuk di SEBAR MASSIF. Dari mulai akun PKS sampai mantan Menkominfo Tifatul Sembiring ikut menshare dan dihimbau dibacakan kepada kader-kader untuk menjelaskan "kedudukan" kasus pemecatan Fahri.

Dan berikut tanggapan Fahri Hamzah atas tulisan tersebut:

Mas Sapto, tulisan anda sudah saya baca. Dan saya merasa bersyukur sekali anda mau menuliskan beberapa hal terkait kasus yang menimpa saya dan DPP PKS.

Tentu saja saya masih Fahri Hamzah yang dulu. Kita saling mengenal, mas. Berbilang tahun lamanya. Diantara perjuangan Reformasi kita diakrabkan oleh Allah. Mas Sapto ingat malam sebelum kita nyerbu Monas 1998? Saya masih terharu dengan kisah itu sampai kapanpun. Selamanya saya akan menganggap Mas Sapto sebagai sahabat yang baik.

Tapi saya berharap, semua masalah saya dengan PKS jangan sampai dibawa ke ranah pribadi mas Sapto. Sebab PKS ini lembaga umum. Milik Allah. Rileks saja mas. Tetap tenang dan semoga tidak emosional. Mari kita percaya pada Allah. Kalau cinta diantara kita semua masih ada, maka semua yang terjadi ini tidak akan berubah jadi api.

Maafkan keputusan sahabatmu yang mencari keadilan dengan cara yang berbeda. Partai harus terbiasa saling mendengar, mas. Mungkin saja, yang saya lakukan itu pahit. Tapi saya yakin, sepahit apapun yang terjadi ini, insya Allah akan menjadi obat yang menyehatkan.

Mari kita belajar dari kasus IM (Ikhwanul Muslimin) di Mesir, mas. Mesir adalah pelajaran penting bagi partai Islam dan jama'ah dakwah. Tetaplah dengan pikiran terbuka dan luas, mas. Semua parade tragedi dakwah di belahan dunia lain dan kisah masa lalu, semoga saja bisa menjadi pelajaran untuk melengkapi kedewasaan kolektif kita membangun jama'ah menuju cita-cita Nabi.

Berikanlah sedikit cerita kepada saya, mas. Bagaimana jama'ah yang usianya lebih dari 80-an tahun itu, garis pertahanannya bobol dalam waktu 11 bulan setelah 'futuh'? Apakah Mas Sapto punya gambaran dan pandangan? Mari kita berdiskusi dengan santai, penuh cinta dan rasa kekeluargaan.

Tapi sayang sekali. Mas Sapto baru sekali ketemu saya di Nusantara 3, dan langsung menjadi bagian dari ini semua. Menjadi 'juru bicara' dari proses yang sedang saya perjuangkan nilai keadilannya. Dan sayang sekali mas. BPDO yang baru sekali memeriksa saya, langsung mengeluarkan delik pemecatan dari semua jenjang.

Masya Allah. Inikah Islam itu, mas Sapto? Inikah keadilan yang dikenal di timur dan di barat menjadi mimpi setiap insan? Mari kita merenung mas.

Tidak ada yang harus jadi guru dari seluruh peristiwa ini; karena kita masih muda mas. Dan tidak perlu ada yang jadi murid. Cukup kita menjadi kekasih dalam 'mahabbah' kepada Allah saja. Karena itulah alasan pintu surga dibuka bagi kita semua.

Semoga semua ini mendewasakan kita semua mas.

اللهم إني اسألك الجنة بغير حساب


Baca juga :