Survei Median Sebut Suara PKS di DKI Tergerus


Jakarta - Suara Partai Keadilan Sejahtera (PKS) di ibukota Jakarta diyakini akan terus tergerus. Berdasarkan hasil survei Media Survei Nasional (Median), menyebutkan, PKS berada sejajar dengan Hanura yang hanya memiliki elektabilitas sebesar 4,6 persen.

Hasil tersebut terbilang cukup mengejutkan, mengingat dalam sejarahnya PKS sempat menjadi pemenang di Jakarta dalam pemilihan legislatif 2004. Dominannya PKS saat itu bahkan sempat membuatnya mampu mengusung calon gubernur sendiri pada Pilkada DKI Jakarta tahun 2007 lalu.

Pengamat politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Firman Noor, menilai, kemunduran suara PKS di Jakarta disebabkan oleh akumulasi dari beberapa faktor.

Kemenangan PKS di DKI Jakarta saat itu menurutnya tidak lepas dari adanya semangat baru yang dijanjikan PKS kepada warga DKI Jakarta.

“Sayangnya seiring berjalannya waktu, PKS gagal mengkapitalisasinya untuk memelihara kemenangan, sehingga terlihat dari pemilu ke pemilu suara PKS di DKI Jakarta makin berkurang,” kata Firman, Senin (16/5).

Menurutnya, secara performa, ekesistensi PKS di Jakarta semakin tidak terasa oleh masyarakat banyak. Belum ada hal-hal baru yang dirasakan masyarakat. Belum lagi dengan adanya kasus yang sempat membelit partai seperti korupsi mantan presiden PKS, Luthfi Hasan Ishak yang membuat citra PKS sebagai partai yang diharapkan bersih semakin memudar.

“Dieksposnya beberapa isu negatif tentang PKS, baik oleh media maupun oleh para kompetitornya di DKI, menyebabkan berkurangnya simpatik dari masyarakat. Apalagi partai-partai lainnya juga semakin membangun kekuatan di DKI Jakarta, bahkan sudah mulai membangun jaringan dengan tokoh lokal,” ujarnya.

Menurutnya, jaringan PKS di DKI Jakarta yang terkenal solid semakin mengendur atau belum bisa mengkonversi menjadi kesediaan untuk memilih PKS.

Tantangan PKS, salah satunya adalah bagaimana jaringan di masyarakat DKI itu terlihat sebagai bukan jaringan keagamaan saja, namun bisa menjadi referensi politik bagi masyarakat untuk memilihnya.

“PKS harus mampu menyakinkan masyarakat untuk memilihnya, dibanding partai-partai lain. Tantangan itu juga dipersulit dengan fenomena yang terjadi belakangan ini, ketika kecenderungan masyarakat kita lebih memilih partai-partai yang tidak berbasiskan agama. Jadi ketika partai Islam dirasa tidak sesuai harapan, maka mereka akan ke partai sekuler, karena dianggap sama saja,” ungkapnya.

Terkait adanya konflik internal mengenai pemecatan Fahri Hamzah, menurutnya hal itu belum bisa dikatakan menjadi penyebab utama menurunnya suara PKS.

“Tanpa konflik internal, PKS memang juga pasti turun suaranya, namun kondisi ini lebih menambah citra negatif saja bagi PKS,” katanya.

Media Survei Nasional (Median) merilis survei tentang elektabilitas partai-partai di DKI Jakarta. PDIP di urutan teratas dengan 25,6 persen, Partai Gerindra di uruatn kedua, dengan perolehan 17, 2 persen, disusul Demokrat di urutan ketiga dengan &,4 persen.

Selanjutnya berturut-turut Partai Golkar 6,8 persen, Nasdem 5 persen, PKB 4,8 persen, PKS dan Hanura masing-masing 4,6 persen, PAN 3, 8 persen, PPP 3,6 persen, dan yang belum memutuskan berjumlah 16,6 persen.

Sampling diambil dalam jangka waktu 20 April sampai 4 Mei 2016, dengan jumlah 500 responden warga DKI Jakarta, dengan tingkat kepercayaan 95 persen, margin eror 4,5 persen‎

Sumber: Suara Pembaruan/Berita Satu

Baca juga :