Membaca Sadiq Khan
Seharusnya membacanya gak berhenti dan disempitkan ke politik identitas "Dia muslim tapi bisa menjabat sbg walikota (London) sebuah kota metropolis Eropa, Barat, mayoritas non-muslim". Kemudian silogisme a contrario-nya jadi pembenar "Non-Muslim boleh jadi pemimpin di daerah mayoritas muslim", dan seterusnya...
Pembacaan seperti ini menurutku yaa wuasyu lan jancukan.
Harusnya Sadiq Khan dibaca utuh dalam perspektif Politik Kelas...
Sadiq Khan berasal dari Partai Buruh, berasal dari keluarga imigran, bapaknya bukan taipan, tapi hanya supir bus. Dia sendiri pun pernah jadi buruh lepas dalam proyek bangunan di kotanya, sebelum akhirnya dunia hukum memberinya tawaran karir yang lebih baik. Keterikatannya dengan "kelas", membuatnya lebih dekat dengan ide sosialisme-demokrat (di sini, diidentikkan dengan "Kiri").
Bagaimana dengan di sini?
Buruh demo dinyinyiri dan sering kali direpresi. Buruh jangankan bikin partai kuat, organisir diri dengan baik aja langsung dilabeli "PKI" plus harus siap-siap hadapi popor Babinsa, Brimob dan konco-konconya.
Ekonomi kelas bawah dan masyarakat miskin kota seperti supir bus, nelayan, dll? Digusur, dipentungi!
Membawa ide sosialis atau Kiri ke ruang publik? Dibubarkan polisi!
Masyarakat tertindas menyuarakan perlawanan, dinyinyiri "Can't the subaltern speak?" sambil terus ditanyai "Siapa aktor intelektualnya?"
*dari fb Mahmud Syaltout
https://www.facebook.com/photo.php?fbid=10153453180961044&set=a.10150341999086044.349182.700791043&type=3&theater